Page 22 - UKBM 10-16_merged
P. 22
minyak Kawengan pada waktu itu sebanyak 137 sumur, yang terdiri dari delapan sumur di
daerah Kidangan dan 129 sumur di daerah Kawengan. Pada tahun 1957 jumlah sumur yang
berproduksi; 85 sumur dengan total produksi sebesar 393.000 m3 dan mulai tahun 1960
sumur-sumur produksi di lapangan minyak Kawengan dari hari ke hari semakin berkurang,
karena beberapa sumur berproduksi dengan water cut yang tinggi, peralatan produksi,
pumping unit, dan prime mover mulai rusak dan perawatan sumur mulai berkurang.
Lapangan minyak Kawengan mulai tahun 1988 dikelola oleh Pertamina, dan sejak saat itu
kegiatan pemboran mulai bergairah kembali, dan bahkan pada awal tahun 2000 sudah
dilakukan pemboran horizontal dalam rangka meningkatkan produksi minyak. Pada
umumnya sumur-sumur di lapangan Kawengan di produksikan dengan menggunakan pompa
Sucker Rod (Pompa Angguk) tetapi pada saat ini beberapa sumur di produksikan dengan
Electric Submersible Pump (ESP), dan Progresive Cavity Pump (PCP).
Selain digunakan system pengangkatan minyak yang modern, di lapangan Kawengan,
tepatnya di Desa Wonocolo masih dijumpai adanya sistem pengangkatan minyak yang sangat
sederhana, yaitu dengan cara penimbaan, baik dengan tenaga manusia (ditarik beramai-
ramai, sekitar 6 – 8 orang) maupun secara mekanis (ditarik dengan tali yang dililitkan pada
roda truck bekas yang digerakkan oleh tenaga mesin).
Artikel tersebut merupakan dampak positif adanya proses tektonisme. Analisislah
bersama teman kelompokmu apa hubungan antara minyak di cepu dengan proses
tektonisme!
Soal B
1. Perhatikan gambar di bawah ini. Termasuk proses tektonisme apakah gambar ini? Beri
penjelasanmu!
SEMESTER 2 -- UKBM 1-6 Page 10