Page 25 - E-Biostoriette Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan
P. 25

“Tak.. tak .. tak.. tak… gubrak!” langkah kakiku hari itu seperti seekor
        kuda  yang  berlari  cepat.  Berlari  sekuat  tenaga  tanpa  arah  tujuan.  Di
        belakangku,  banyak  manusia  berlari  seperti  anak  ayam  yang  mengejar
        induknya. Di jalan lainnya, seorang pedagang kecil tak sengaja menjatuhkan
        gerobaknya. Sementara itu, sebagian dari mereka bahkan sudah menyerahkan
        diri  di  ujung  rasa  lelahnya.  Sama  seperti  aku,  usahaku  untuk  berlari  sudah
        sampai dibatas rasa kaki yang terasa berat. Aku tertangkap. Mereka tertangkap.

        Sesamaku tertangkap. Ya, kami tertangkap oleh pasukan Satpol PP.
              Aku; Mepri dan kembaranku; Mesek adalah contoh dari banyak anak di
        luar sana yang harus merasakan sesaknya menjadi bagian dari jalanan. Namun,
        itu dahulu.  Saat  ini,  kami  telah  berbeda.  Foto  kami  sudah tercetak  memakai
        toga di kepala. Dinding rumah kami sudah kokoh. Begitu pun atap rumahnya
        yang sudah rapat menahan hujan.
                Hari itu, malam untuk yang pertama dan terakhir kalinya udara terasa
        lebih dingin. Sesak, aku dan Mesek saling memeluk merasakan derasnya hujan
        di dalam ruang pak Satpol PP. Kami saling memandang, seraya berkata dalam
        hati,  “Kami  tidak  ingin  begini  lagi.”  Sejak  itulah  aku  dan  Mesek  membuka
        mata selebar-lebarnya, menyadarkan diri, bahwa kami tak bisa terus seperti ini.
        Aku  dan  Mesek  berasal  dari  keluarga  kurang  mampu.  Waktu  kecil  kami
        disibukkan bersama di tempat beraroma tak sedap dari barang bekas. Sesekali
        kami membantu menjual koran dan makanan ringan di pinggir jalan, hasilnya

        tentu untuk ditabung. Semua ini demi impian kami.
                Sudah  10  tahun  usia  kami,  tetapi  kami  belum  pernah  menyentuh
        bangku  sekolah. Lalu tiba-tiba  impian  kami  terwujud  dari  yang  sebelumnya
        tak berwujud. Semua  karena  ibu  Meri;  Ibu  kami  yang  masih terlihat muda
        dan selalu bersemangat seperti seseorang yang sel-sel dalam tubuhnya selalu
        aktif  membelah  untuk  proses  pertumbuhan  maupun  perkembangan,
        meski dalam kondisi yang sulit. Ibu selalu mendukung keinginan kami. Setelah
        memutuskan untuk mengikuti kegiatan sekolah anak jalanan, kami sadar akan
        pentingnya sebuah impian.


                                          4
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30