Page 78 - Puisi-puisi Agrariai.indd
P. 78
Titip Rindu Untuk Kebebasan
Susilawati
Aku berjalan melintasi kerinduan yang telah lama ku titipkan.
Tinggallah bersama hati yang telah kubisikkan hari itu.
Hanyalah sebuah kata yang kurangkai, menjadi sebuah paragraf
yang mungkin sulit untuk kau pahami. Cerita dan hatiku,
tercipta bukan untuk menangis meratapi nasib. Kerasnya
hidup, membuat nuraniku tergerak bahwa aku sungguh
menyimpan kepedihan ini dan bukan untuk aku pertahankan:
dimana tanah-airku?
Ceritaku berada di ambang akhir yang penuh dengan senyum
indah menyambut kemerdekaan yang sesungguhnya. Aku
berjalan bersama mereka, bersama tanah-airku, bukan atas
kuasamu para amanat negeri tanpa nurani dan kemanusiaan,
mengubah nasib kemiskinan negeri ini dengan bisik palsu.
Maka ijinkan. Ijinkan aku berjalan. Hari ini kebebasaan, hari
ini satu langkah menyambut kemerdakaan yang tertunda.
Hari ini untuk bisa bersekolah
Hari ini untuk bisa punya tanah
Hari ini untuk bisa bertani
Tak seperti kala itu, zaman di mana ibu hanya mampu
menangis, melihat anaknya ingin bersekolah. Zaman ketika
petani bertelanjang kaki memanggul derita, menitipkan hidup
Tanah-tanah lengang 63