Page 11 - latihan movie
P. 11

1.  Eksklusivisme    adalah  sikap  yang memandang agamanya      sendirilah
                         yang paling benar  dan baik.  Sementara  itu,  agama  lain adalah  agama

                         yang tidak benar.
                     2.  Inklusivisme
                         Sikap inklusivisme berpandangan bahwa di luar agama yang dipeluknya

                         juga  terdapat  kebenaran,  meskipun tidak   seutuh  atau  sesempurna
                         agama yang dianutnya. Di sini masih didapatkan toleransi teologis dan
                         iman. Sikap inklusif adalah yang memandang bahwa agama-agama lain
                         adalah bentuk implisit agama kita. Sikap inklusivistik  cenderung untuk

                         menginterpretasikan kembali hal-hal dengan cara sedemikian, sehingga
                         hal-hal  itu  tidak  saja  cocok  tetapi juga  dapat  diterima.  Ringkasnya,
                         sikap  inklusif  adalah  keterbukaan dalam   menerima   bahwa   agama
                         lain memiliki  kebenarannya  sendiri.  Sikap  ini merupakan sikap  yang

                         umumnya diambil oleh orang-orang kristen. Memang ada keberagaman
                         dalam  menyikapi hubungan antar      agama,   namun umumnya      sikap
                         inklusif lebih dianjurkan oleh para tokoh agama dan nampaknya dapat
                         disesuaikan dengan teologi Kristen.

                     3.  Pluralisme. Gerald O'Collins dan Edward G. Farrugia (196). Pluralisme
                         adalah  pandangan  ilosois    yang  menerima  keberagaman  agama.
                         Daniel S. Breslauer menyebut pluralisme sebagai: “Suatu situasi di mana

                         bermacam-macam agama berinteraksi dalam suasana saling menghargai
                         dan dilandasi kesatuan rohani meskipun mereka berbeda.” Dengan sikap
                         pluralis,  orang berupaya  mencari titik  temu  bagi agama-agama.  Titik

                         temu bagi terciptanya dialog dan kerja sama adalah kebersamaan setiap
                         pemeluk agama dalam menghadapi serta memecahkan masalah-masalah
                         kemanusiaan bersama. Orang yang memiliki wawasan pluralisme tidak
                         berarti mempersamakan semua       agama.  Justru  mereka  tetap  teguh
                         memegang imannya      seraya  mencari bentuk   atau  model  kerja  sama

                         yang dapat  mempertemukan semua      orang berbeda   iman dalam   tiitik
                         yang sama yaitu: upaya-upaya nyata dalam mengatasi masalah-masalah
                         kemanusiaan, keadilan dan kebenaran secara bersama-sama.





                                           Bab X Hidup Bersama dalam Masyarakat Majemuk     139
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16