Page 9 - e modul
P. 9

C. NILAI-NILAI YANG TERKADUNG DALAM CERITA (NOVEL) SEJARAH


                      Karya sastra yang baik, temasuk novel sejarah, selalu mengandung nilai. Nilai tersebut
               dikemas secara implisit dalam alur, latar, tokoh, dan tema. Nilai yang terkandung dalam

               novel antara lain nilai-nilai budaya, nilai moral, nilai agama, nilai sosial, dan nilai estetis.
               1. Nilai budaya

                   Nilai budaya adalah nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang
                   mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan.

                   Contoh:

                        Menurut perhitungan Jawa, bayi yang lahir 24 Januari 1916 atau 18 Maulud

                     1846 je itu, jatuh pada Windu Kuntara, Wuku Galungan yang dewanya adalah
                     Kamajaya. Artinya sang jabang bayi itu dinaungi Dewa Kamajaya. Siapa saja

                     yang  wukunya  Galungan  itu  akan  memiliki  keteguhan  hati,  tidak  gampang
                     goyah, kukuh pendiriannya. Selain itu, senang menghibur orang susuh, senang

                     berbuat baik, dan selalu berusaha untuk menghindari perbuatan jahat.



                                                  Dikutip dari: Rokajat Asura, Kupilih Jalan Gerilya, dalam Intan Pariwara, 2018



               2. Nilai moral/etik

                   Nilai moral adalah nilai yang dapat memberikan atau ajaran yang berkaitan dengan
                   etika atau moral.
                   Contoh:


                        Ketika kesulitan pemerintah itu disiarkan di surat-surat kabar, dokter Cipto
                     merasa  prohatin  sekali.  Ia  sedih  karena  dokter-dokter  pemerintah  ternyata
                     terlalu  memikirkan  diri  sendiri.  Ia  segera  mengetik  kawat  kepada  Kepala

                     Departemen  Kesehatan,  menyatakan  kesediannya  untuk  ditugaskan  di

                     daerah maut itu, demi panggilan kemanusian.


                                                                    Dikutip dari: Putut S. Dewantara, dr Cipto Mangunkusumo,
                                                                    dalam Intan Pariwara, 2018
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14