Page 21 - Ade Jatra Alfariz_1900008071_B_Modul Prak. Tekpem-dikonversi
P. 21

penggunanya (Handayani et al., 2012). Penggunaan kontrasepsi KB salah satunya jenis
                       KB hormonal. KB hormonal lebih diminati PUS, karena menurut Hartanto (2002) dalam
                       Pratiwi et al., (2014), bahwa KB hormonal terbukti mampu mencegah kehamilan dengan
                       tingkat  kegagalan  0,25%  dan  mudah  penggunaannya.  Kemudahan  penggunaan
                       kontrasepsi hormonal juga menyebabkan diminati wanita yang tinggal di perdesaan dan
                       daerah terpencil. Menurut Manurung (2013), wanita yang berpendidikan lebih tinggi lebih
                       mengetahui jenis kontrasepsi hormonal yang bisa digunakan untuk mencegah kehamilan,
                       ada beberapa faktor yang diduga memiliki kontribusi didalam penggunaan kontrasepsi
                       hormonal jenis implant, antara lain, umur, paritas (jumlah anak yang dilahirkan)), jarak
                       kehamilan,  pendidikan,  pekerjaan,  biaya,  jarak  ke  tempat  pelayanan  kesehatan,  dan
                       dukungan suami.
                            Jenis metode kontrasepsi hormonal atau metode jangka pendek menurut Hernawatiaj
                       (2008) ada tiga jenis yaitu injeksi (suntik), pil dan implant atau susuk yang ditanam untuk
                       periode tertentu. Setiap metode kontrasepsi sangat bermanfaat untuk membantu keluarga
                       dalam  mengatur  jarak  kelahiran  dan  mencegah  kehamilan  yang  tidak  diinginkan  atau
                       membatasi  jumlah  anak  sesuai  yang  diinginkan,  namun  disisi  lain  setiap  metode
                       kontrasepsi selalu ada efek samping yang harus diperhatikan setiap calon akseptor. Calon
                       akseptor  KB  perlu  berkonsultasi  dengan  petugas  kesehatan  terlebih  dahulu,  sebelum
                       memutuskan jenis metode KB hormonal yang akan digunakan.


                                                       Sejarah Program KB



                  Di Indonesia perkembangan KB dimulai pada akhir 1960-an. Pada februari 1967, kongres PKBI

                  (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) pertama diadakan dengan tujuan agar program KB
                  segera direalisasikan oleh pemerintah.


                  Selanjutnya, pada April 1967, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mulai mencanangkan KB secara

                  resmi di Jakarta raya. Pada Oktober 1968, LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) resmi
                  didirikan.

                  Program KB mulai benar-benar direalisasikan pada tahun 1970-an, namun partisipasi masyarakat

                  masih sangat rendah dan pemerintah terkesan memaksa. Pada 1980-an, pemaksaan mulai

                  dikurangi dan program safari KB dimulai.

                  Pada tahun 1988, terjadi perkembangan kebijakan dari pemerintah, dimana masyarakat mulai

                  membayar sendiri untuk kontrasepsinya dan bebas memilih asalkan sudah terdaftar di Departemen

                  Kesehatan. Mulai awal 1990-an hingga sekarang, program KB terus dikembangkan dan mulai

                  mendapat respon positif dari masyarakat.






                                                                                                                  21
               Modul Prinsip Sistem Reproduksi Manusia
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26