Page 34 - e-book sungai musi
P. 34

Gambar 2.2. Sebuah toko di atas rakit Sungai Musi Palembang
                     (Sumber: www.tropenmuseum.nl dalam Dedi Irwanto)


                      Karena topografis kota Palembang seperti itu maka lahannya
               selalu digenangi air sehingga pemukiman penduduk yang berada di
               sepanjang tepian sungai Musi berbentuk rumah-rumah rakit (rumah
               terapung di atas sungai) yang terbuat dari bambu dan kayu dan juga
               rumah bertiang yang terbuat dari kayu. Fungsi sungai Musi dengan
               anak-anak  sungainya  yang  mengalir  tersebut  pada  saat  itu  menjadi
               urat nadi kehidupan masyarakat Palembang.


                     J.L. Van Sevenhoven, seorang komisaris Belanda yang pernah
               ditempatkan  di  Palembang  pada  abad  ke-19,  melukiskan  kota
               Palembang  sebagai  kota  yang  dibelah  oleh  sungai  Musi,  sungai
               terbesar di Pulau Sumatra dan disebut juga sungai Sungsang (terbalik),
               yang berarti “menentang arus”. Kota Palembang disebut juga kota air
               (waterfront)  karena  kota  ini  menghadap  ke  sungai  Musi.  Kota
               Palembang juga disebut sebagai “de stad der twintig einlanden”, kota
               dua puluh pulau, karena pada saat itu di dalam kota Palembang sendiri
               dialiri lebih dari seratus anak sungai dengan lembah – lembah berawa



                                  SUNGAI MUSI; Jejak Perjalanan dan Pembangunan Berkelanjutan   13
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39