Page 142 - Jalur Rempah.indd
P. 142
132 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
menghadapi kekuatan gabungan yang besar karena mereka tidak memiliki
sarana pertahanan. Namun laksamananya dengan kapal-kapalnya tetap
menjaga jarak dan syahbandar dari para pedagang Jawa diam-diam berunding
140
dengan orang Portugis.
Malaka terletak di tepi sebuah sungai kecil yang melingkupi perkampungan
tempat di mana para pedagang tinggal terpisah dari kota itu. Malaka
dibangun di atas sebuah bukit dan terdiri atas istana serta sebuah masjid
besar. Kedua bangunan ini dihubungkan dengan sebuah jembatan kayu
yang dilengkapi beberapa meriam dan dilindungi dengan pagar pada kedua
sisinya. Serangan pertama orang Portugis ditujukan ke jembatan itu. orang
Melayu mempertahankannya dengan gigih dan para penyerang dengan susah
payah merebutnya. Akhirnya mereka berhasil tetapi mereka kecapaian untuk
bertahan di sana dan setelah membakar beberapa bangunan di sekitarnya,
mereka kembali ke kapal mereka.
Beberapa kapten Portugis merasa keberatan terhadap dimulainya lagi
permusuhan. Sultan telah dihukum atas pengkhianatannya kepada Diogo
Lopez dan Sultan juga sudah menerimanya. Peluang penaklukan selalu kecil
apabila orang mempertimbangkan keberanian dan kekuatan besar musuh.
Sementara kekuatan Portugis tidak mencukupi untuk menduduki dan bertahan
dalam jangka waktu lama. Jadi dianjurkan agar jangan melewatkan musim
yang baik untuk kembali ke India, karena di Goa orang masih memerlukan
bantuan mereka.
Untunglah d’Albuquerque berhasil meyakinkan mayoritas dan mereka
tidak mengajukan keberatan. Oleh karenanya diputuskan untuk kembali
melakukan penyerangan. Pada 10 Agustus 1511 jembatan itu diserang
kembali dan meskipun ada tembakan gencar dari kubu pertahanan orang
Melayu, orang Portugis berhasil merebutnya. Semula orang Portugis bertahan
di sekitar jembatan itu, kemudian dari situ menembaki dan mengancam kota.
Orang harus berhati-hati karena di mana-mana orang Melayu memasang
ranjau dengan mesiu di jalanan. Penduduk di seberang utara (kaum pedagang)
140 PA. Tiele. “Europeers in den Maleischen Archipel” dalam BKI, 1879, vol. 27: Tweede gedeelte, 1529-1540,
hlm. 1-3.