Page 33 - perlawanan bangsa indonesia_Neat
P. 33

Modul Sejarah Indonesia Kelas XI KD 3.2 dan 4.2



                           kepada  kaum  Padri  mengusir  Gubernur  Belanda  di  sana.  Maka  setelah  selesai
                           perang  Diponegoro,  Natal  di  bawah  pimpinan  Tuanku  Nan  Cerdik  dapat
                           mempertahankan serangan Belanda di sana. Tahun 1829 De Stuers digantikan oleh
                           Letnan Kolonel Elout, yang datang di Padang Maret Dengan bantuan Mayor Michiels,
                           Natal dapat direbut, sehingga Tuanku Nan Cerdik menyingkir ke Bonjol. Sejak itu
                           kampung demi kampung dapat direbut Belanda. Tahun 1932 datang bantuan dari
                           Jawa,  di  bawah  Sentot  Prawirodirjo.  Dengan  cepat  Lintau,  Bukit,  Komang,  Bonjol,
                           dan hampir seluruh daerah Agam dapat dikuasai oleh Belanda.
                                  Melihat kenyataan ini baik kaum Adat maupun kaum Padri menyadari arti
                           pentingnya pertahanan. Maka bersatulah mereka bersama-sama menghadapi
                           penjajah Belanda. Setelah daerah-daerah sekitar Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda,
                           serangan ditujukan langsung ke benteng Bonjol. Membaca situasi yang gawat ini,
                           Tuanku Imam Bonjol menyatakan bersedia untuk berdamai. Belanda
                           mengharapkan,
                           bahwa perdamaian ini disertai dengan penyerahan. Tetapi Imam Bonjol
                           berpendirian
                           lain. Perundingan perdamaian ini adalah siasat mengulur waktu, agar dapat
                           mengatur pertahanan lebih baik, yaitu membuat lubang yang menghubungkan
                           pertahanan dalam benteng dengan luar benteng, di samping untuk mengetahui
                           kekuatan musuh di luar benteng. Kegagalan perundingan ini menyebabkan
                           berkobarnya kembali pertempuran pada tanggal 12 Agustus Belanda memerlukan
                           waktu dua bulan untuk dapat menduduki benteng Bonjol, yang didahului dengan
                           pertempuran yang sengit. Meriam-meriam Benteng Bonjol tidak banyak menolong,
                           karena musuh berada dalam jarak dekat.
                                  Tahun 1829 daerah kekuasaan kaum Padri telah meluas sampai ke Batak
                           Mandailing, Tapanuli. Di Natal, Tapanuli Baginda Marah Husein minta bantuan
                           kepada kaum Padri mengusir Gubernur Belanda di sana. Maka setelah selesai
                           perang
                           Diponegoro, Natal di bawah pimpinan Tuanku Nan Cerdik dapat mempertahankan
                           serangan Belanda di sana. Tahun 1829 De Stuers digantikan oleh Letnan Kolonel
                           Elout, yang datang di Padang Maret Dengan bantuan Mayor Michiels, Natal dapat
                           direbut, sehingga Tuanku Nan Cerdik menyingkir ke Bonjol. Sejak itu kampung demi
                           kampung dapat direbut Belanda. Tahun 1932 datang bantuan dari Jawa, di bawah
                           Sentot Prawirodirjo. Dengan cepat Lintau, Bukit, Komang, Bonjol, dan hampir
                           seluruh
                           daerah Agam dapat dikuasai oleh Belanda.
                                  Melihat kenyataan ini baik kaum Adat maupun kaum Padri menyadari arti
                           pentingnya pertahanan. Maka bersatulah mereka bersama-sama menghadapi
                           penjajah Belanda. Setelah daerah-daerah sekitar Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda,
                           serangan ditujukan langsung ke benteng Bonjol. Membaca situasi yang gawat ini,
                           Tuanku Imam Bonjol menyatakan bersedia untuk berdamai. Belanda
                           mengharapkan,
                           bahwa perdamaian ini disertai dengan penyerahan. Tetapi Imam Bonjol
                           berpendirian
                           lain. Perundingan perdamaian ini adalah siasat mengulur waktu, agar dapat
                           mengatur pertahanan lebih baik, yaitu membuat lubang yang menghubungkan
                           pertahanan dalam benteng dengan luar benteng, di samping untuk mengetahui
                           kekuatan musuh di luar benteng. Kegagalan perundingan ini menyebabkan
                           berkobarnya kembali pertempuran pada tanggal 12 Agustus Belanda memerlukan
                           waktu dua bulan untuk dapat menduduki benteng Bonjol, yang didahului dengan
                           pertempuran yang sengit. Meriam-meriam Benteng Bonjol tidak banyak menolong,
                           karena musuh berada dalam jarak dekat.


                       @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN               24
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38