Page 256 - FIKIH_revisi Kls 7
P. 256

Penguatan karakter Islam Wasathiyyah!
                    diskusi, tukar pikiran dan menyusun langkah bersama untuk mencari jalan keluar terbaik

                    dari kemarau panjang dan kekeringan tersebut.



                                       BELAJAR TAWASSUTH, TASAMUH DAN SYURA
                                   DALAM PELAKSANAAN SHALAT SUNNAH MU’AKKAD
                           Apa  yang  kita  pahami  dengan  istilah  tawassuth,  tasamuh,  dan  syura?  Bagaimana  hubungan
                     ketiga istilah tersebut dengan pelaksanaan shalat sunnah mu’akkad?

                           Ayo belajar dari pelaksanaan shalat tarawih dari dua pendapat!
                                                       Pendapat Pertama:
                              Ditemukan  di  lingkungan  kita  pelaksanaan  shalat tarawih dan  witir  sebanyak  23 rekaat.  Umat
                     Islam  yang  meyakini  dan  mempraktekkan  tarawih  dengan  jumlah  rekaat  diatas  berdasar  pada  sejarah
                     bahwa shalat tarawih baru dikenal pada masa Umar bin Khatthab.

                            Pada  saat  itu,  para  sahabat  melaksanakan  shalat  tarawih  dengan  tata  cara  yang  berbeda-beda.
                     Sebagian  sahabat  ada  yang  shalat  dan  ada  pula  yang  tidak.  Kemudian  Umar  menyuruh  umat  Islam
                     berjama’ah di masjid dan Ubay bin Ka’ab sebagai imamnya. Shalat yang dilaksanakan terkenal dengan

                     nama shalat tarawih karena para sahabat  melakukan istirahat setiap selesai melakukan shalat 4 raka’at
                     dengan dua salam. Dan Umar Ra berkata: "Inilah sebaik-baik bid’ah".

                            Pernyataan Umar ini terdapat dalam sebuah hadits:


                                                                               ْ
                                       َّ
                                           ْ

                     ﻪْﻨ ﻋ  الله ي   ﺿر  باﻄ ﺨﻟا ﻦْب رﻤ ﻋ ﻊﻣ   تْﺟر ﺧ : لا ﻗ  ﻪَّﻧأ يرا ﻘﻟا ٍﺪْب ﻋ ﻦْب ﻦﻤْﺣ َّرﻟا  ﺪْب ﻋ  ْ ﻦ ﻋ









                                                                                   ْ



                                                                                                      ً


                     ي ﻠﺼ ﻳو  ﻪ ﺴْﻔ ﻨ ﻟ  ﻞ ﺟ َّرﻟا ي ﻠﺼ ﻳ   نﻮﻗ   ر ﻔ ت ﻣ ٌعا  ز ْ وأ    ساَّﻨﻟا ا ذإ ﻓ  ﺪﺠْﺴﻤﻟا ىﻟإ   نا ﻀﻣر ي ﻓ ةﻠْﻴﻟ














                     ٍﺪ   ﺣاو  ٍ ئرا ﻗ ىﻠ ﻋ   ء   لا ؤ ﻫ   تْﻌﻤ ﺟ  ْ ﻮﻟ ىرأ ي ﻧإ    رﻤ ﻋ   لا ﻘ ﻓ ﻂْﻫَّ رﻟا  ﻪ ت   لاﺼب ي ﻠﺼ ﻴ    ﻓ  ﻞ ﺟ َّرﻟا












                                    ً

                        ساَّﻨﻟاو    ىرْﺧأ  ةﻠْﻴﻟ   ﻪﻌﻣ   تْﺟر ﺧ  ﻢﺛ  ٍبْﻌ ﻛ  ﻦْب  ي بأ  ىﻠ ﻋ  ﻢ ﻬﻌﻤ ﺠ ﻓ  م ز ﻋ  ﻢﺛ   ﻞ ثْﻣأ   نا ﻜﻟ
                                                       َّ

                                                                                             َّ



                                                                              ْ




                                                                     ْ
                                                                                                     ُْ
                                                                ﻩ ﺬ ﻫ ة ﻋْﺪبﻟا ﻢْﻌ ﻧ    رﻤ ﻋ  لا ﻗ    ﻢﻬ ئرا ﻗ  ة لاﺼب  نﻮﻠﺼ ﻳ


                                                                                    ْ


                     Artinya:
                      “Dari  ‘Abdurrahman  bin  ‘Abdil  Qari’,  beliau  berkata:  ‘Saya  keluar  bersama  Umar  bin  Khattab  Ra
                     menuju  masjid  pada  bulan Ramadhan.  (Di  masjid  tersebut)  orang yang  melaksanakan  shalat  tarawih
                     berbeda-  beda.  Ada  yang  shalat  sendiri-sendiri  dan  ada  juga  yang  shalat  berjamaah”.  Lalu  Umar
                     berkata: ”Saya mempunyai pendapat jikalau mereka aku kumpulkan dalam jamaah satu imam, niscaya
                     itu lebih bagus”. Kemudian Umar mengumpulkan kepada mereka dengan seorang imam, yaitu sahabat

                     Ubay  bin  Ka’ab. Kemudian  satu  malam  berikutnya, kami datang lagi  ke  masjid.  Orang-orang  sudah
                     melaksanakan  shalat  tarawih  dengan  berjamaah  di  belakang  satu  imam.  Umar  berkata:  “Sebaik-
                     baiknya bid’ah adalah ini (shalat tarawih dengan berjamaah)” (HR Bukhari).
                     Hadits  ini  dipahami  memberikan  kesempatan  bagi  para  ulama  untuk  berijtihad  terkait  dengan  shalat
                     tarawih  termasuk  jumlah rekaatnya.  Jumlah  23  berdasarkan  sisi  keutamaannya,  karena  dalilnya  masih
                     disandarkan  pada  perbuatan  sahabat  di  masa  Umar  bin  Khattab  dan  tidak  dikomentari  oleh  sahabat
                     lainnya.
               244   FIKIH MADRASAH TSANAWIYAH KELAS VII
   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261