Page 257 - FIKIH_revisi Kls 7
P. 257

Lanjutan dari halaman sebelumnya....
                                                      Pendapat Kedua:
                              Kita  juga  menemukan  shalat  tarawih  dan  witirnya  dengan  11  rekaat  jumlahnya.
                     Dalam pelaksanannya dapat cara shalat empat rekaat dengan satu salam atau dua rekaat satu
                     kali salam. Hadits Nabi Saw:
                          َّ







                      الله ىﻠﺻ  الله   لﻮ ﺳر  ة لاﺻ  ْ ت ﻧا ﻛ ﻒْﻴ ﻛ ة ﺸ ئا ﻋ  لأ ﺳ ﻪَّﻧأ ﻦﻤْﺣ َّرﻟا  ﺪْب ﻋ ﻦْب ةﻤﻠ ﺳ يبأ  ْ ﻦ ﻋ








                                َّ
                                                َّ
                                                                                              َّ



                     ي ﻓ   ﺪﻳز ﻳ  ﻢﻠﺳ   و   ﻪْﻴﻠ ﻋ   الله  ىﻠﺻ   الله   لﻮ ﺳر   نا ﻛ  اﻣ  ْ تﻟا ﻗ   نا ﻀﻣر  ي ﻓ  ﻢﻠ ﺳو   ﻪْﻴﻠ ﻋ








                              ْ ﻋ  ْلأْﺴ ت  لا ﻓ اًﻌ ب ْ رأ ي ﻠﺼ ﻳ ةﻌْﻛر  ةرْﺸ ﻋ ى ﺪْﺣإ ىﻠ ﻋ  ﻩرْﻴ ﻏ ي ﻓ  لاو   نا ﻀﻣر

                     َّﻦﻬ ﻨْﺴ ﺣ ﻦ                        ً








                     ﻩاور   [ ً   اﺛ لا ﺛ  ي ﻠﺼ ﻳ  ﻢﺛ  َّﻦﻬ ﻟﻮطو  َّﻦﻬ ﻨْﺴ ﺣ  ْ ﻦ ﻋ  ْلأْﺴ ت   لا ﻓ  اًﻌ ب ْ رأ  ي ﻠﺼ ﻳ  ﻢﺛ  َّﻦﻬ ﻟﻮطو

                                         َّ




                                                                                            َّ


                                                                                          ﻢﻠﺴﻣ و يراﺨبﻟا

                     Artinya:
                     Dari  Abu  Salamah  Ibnu  Abdur-Rahman  (dilaporkan)  bahwa  ia  bertanya  kepada  Aisyah

                     tentang  bagaimana  shalat  Rasulullah  saw  di  bulan  Ramadlan.  Aisyah  menjawab:  “Nabi
                     saw  tidak  pernah  melakukan  shalat  sunnat  (tathawwu‘)  di  bulan  Ramadhan  dan  bulan

                     lainnya lebih dari sebelas rakaat”. Beliau shalat empat rakaat dan jangan engkau tanya
                     bagaimana indah dan panjangnya, kemudian beliau shalat lagi empat rakaat, dan jangan
                     engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau shalat lagi tiga rakaat”

                     (HR. al-Bukhari dan Muslim).
                     Shalat tarawih dan witir merupakan bagian dari shalat malam di bulan Ramadhan, meskipun

                     hadits di atas tidak menunjukkan secara tegas adanya shalat tarawih dan witir di dalamnya.
                                                   Bagaimana Sikap Kita?
                           Bertawassuth:  Memilih  jalan  tengah  dalam  memahami  dan  mengamalkan  ajaran-

                     ajaran agama dengan jalan tidak ifrath (berlebih-lebihan) dan tidak pula tafrith (mengurangi
                     ketentuan yang ada).
                              Dua  pendapat  bukanlah  bentuk  pemahaman  yang  kemudian  diamalkan  oleh  umat
                     Islam yang mengandung unsur berlebih-lebihan dan tidak pula mengurangi ketentuan. Kedua
                     pendapat  sama-sama  memiliki  sumber  yang  berasal  dari  Nabi  Saw  dan  para  sahabatnya

                     (Umar bin Khattab).
                           Bersikap tawassuth berarti mengambil jalan tengah  dengan  memberikan kesempatan
                     kepada  dua  pilihan  tentang  jumlah  rekaat  yang  berbeda.  Bagi  yang  memilih  pendapat

                     pertama  dipersilahkan  untuk  mengamalkannya,  demikian  pula  yang  mengambil  pendapat
                     kedua.
                              Bagi  kita  dapat  memilih  salah  satu  dari  dua  pendapat  yang  ada  setelah
                     membandingkan  dua  pendapat  berikut  dasar  hukum  yang  dipergunakan.  Ketika  sudah
                     memilih,  kita  tidak  menyalahkan,  merasa  paling  benar,  mencaci  maki  dan  terlebih  lagi

                     menyesatkan  pendapat  yang  tidak  kita  pilih.  Karena  kita  juga  mengetahui,  keduanya
                     bersandarkan pada dalil dan telah dikaji oleh ulama pendahulu kita.
                              Peringatan! Yang tidak boleh bagi kita, menyibukkan diri berbeda pendapat tentang
                     tarawih  hingga  lupa  diri  bahwa,  waktu  shalat  tarawih  telah  berakhir  seiring  dengan
                     masukkanya waktu shalat subuh.

                           Bertasamuh: Kita telah menentukan pilihan terkait dua pendapat di atas. Akibatnya
                     ada pendapat lain yang kita tinggalkan. Pilihan untuk meninggalkan pendapat lain disertai
                     dengan  sikap  menghormati  dan  memberikan  hak  yang  sama  bagi  orang  yang  memilih

                     pendapat yang tidak kita pilih.
                           Contoh: Kita memilih untuk melaksanakan shalat tarawih dan witir dengan 11 rekaat

                     dan  meninggalkan  yang  23  rekaat  atau  sebaliknya.  Kita  memiliki  hak  untuk  menjalankan
                     pilihan kita, dan sebaliknya orang lain juga memiliki hak menjalankan apa yang dipilihnya.
                           Mengedepankan  syura  (permusyawaratan):  Jika  ditemukan  dua  belah  pihak  yang

                     memilih pendapat dan mengamalkan shalat tarawih berbeda, kita lakukan dialog dengan arif
                     dan bijaksana. Jika tidak tercapai, berikan kesempatan kita untuk mengalah dengan memilih
                     tata cara   pelaksanaan yang berlaku umum di masjid setempat.
                           Contoh:  Mayoritas  jama’ah  di  masjid  memilih  shalat  tarawih  11  rekaat,  maka  kita
                     berikan  kesempatan  melaksanakan  shalat  tarawih  sesuai  kehendak  mayoritas.  Dengan

                     catatan pemberian kesempatan tidak lepas dari penerapan prinsip tawazun dan tasamuh.
                                                       FIKIH MADRASAH TSANAWIYAH KELAS VII    245
   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261   262