Page 210 - Kelas V Buku Tema 9 BS
P. 210

Proyek
                    ringan, restoran, dan penginapan yang terpampang di sepanjang jalan menuju
                    tempat parkir. Di sepanjang jalan menuju tempat parkir itu pun kakek masih
                    menjelaskan tentang kapal pesiar, kapal selam, dan kapal-kapal modern milik
                    negara asing. Delisa dengan senang hati mendengarkan penjelasan kakeknya.

                       Di tempat parkir, Delisa melihat seseorang yang sedang mengukir. Delisa
                    tertarik melihat lebih dekat.
                       “Kakek, ayo kita dekati ibu itu?” ajak Delisa.

                       Kakek menuruti kemauan Delisa. Kakek mengikuti langkah kaki Delisa
                    menuju tempat duduk seorang ibu.

                       “Apa yang ibu lakukan?” tanya Delisa.
                        “Ini, Dik. Ibu sedang membantu suami memperhalus ukiran ini,” jawab ibu.

                       “Barang apa yang ibu buat?” tanya Delisa.
                       “Suami ibu memproduksi alas Alquran dari kayu yang diukir. Alas ini diukir
                    sendiri oleh suami ibu. Kemudian, ibu diminta memperhalus kayu ini,” jawab
                    sang ibu sambil sesekali menggosok kayu dengan kain.

                       “Wah, bagus ya, Kek. Ukiran suami ibu ini sangat etnik.
                       “Iya, Delisa. Ukiran khas Aceh memang unik. Seni ukir termasuk keterampilan
                    seni rupa. Pastilah suami ibu ini seorang perupa.” jelas kakek.

                       “Apakah benar suami ibu seorang seniman?” tanya Delisa.
                       “Bukan, Dik. Suami ibu bukan seniman. Suami ibu memiliki keterampilan
                    mengukir sejak muda. Ia belajar otodidak karena membantu usaha ayahnya
                    sejak muda,” kata sang ibu.

                       “Oh, pantas saja hasil ukirannya sangat bagus,” puji Delisa.
                       “Mengukir membutuhkan ketelatenan dan ketelitian, Delisa. Jika kamu ingin
                    belajar mengukir, kamu harus teliti, telaten, dan sabar. Tidak setiap orang
                    memiliki keterampilan seperti suami ibu ini,” kata kakek.
                       “Iya, Kek. Sebenarnya Delisa ingin belajar, tetapi suami ibu tidak ada,” kata
                    Delisa dengan sedih.

                       “Sebaiknya kita pulang dahulu ke penginapan. Hari semakin gelap.
                    Besok kamu kembali lagi di sini. Kamu minta tolong ayah dan ibumu untuk
                    mengantarmu ke sini. Besok kakek ada acara reuni, jadi tidak bisa mengantarmu
                    di tempat ini,” jelas kakek.

                       Delisa mengangguk mendengar nasihat kakeknya. Setelah pamitan kepada
                    ibu penjual alas Alquran, Delisa dan kakek menuju mobil dan kembali ke
                    penginapan. Di dalam mobil Delisa masih berpikir tentang seni ukir pada alas
                    Alquran. Delisa ingin sekali belajar mengukir. Delisa berharap esok hari dapat
                    kembali menemui ibu penjual alas Alquran bersama ayah dan ibunya.








                 204    Buku Siswa SD/MI Kelas V
   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215