Page 93 - Pelangi Persahabatan – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten Bombana
P. 93

MENDARAH  DAGING


                                                  Oleh : Diaz Erwandi


                   Niar adalah murid kelas V Sekolah Dasar yang gemar bermain Playstation. Pada
               suatu waktu di hari Minggu ia bermain playstation dengan ayahnya. Sedang asyik-
               asyiknya bermain, Ibu Niar mematikan  playstation. Ayah memaklumi sikap ibunya,
               sedang Niar sangat marah.
                   “Ibu!” Niar sangat ingin membentak ibunya tetapi ia juga takut.
                   “Sudah Ibu bilang, kamu boleh bermain tapi jangan lupa waktu belajar!” Kata ibunya
               dengan santai sambil merapikan kabel yang berserahkan.
                   “Sudah berapa kali juga ibu bilang, kamu harus lebih baik daripada kami orang
               tuamu!” lanjut ibu.
                   Niar kemudian cepat-cepat mengambil bukunya untuk belajar. Ia sadar kalau sering
               bandel  terhadap nasihat ibunya,  dan terkadang  ayahnya  terlalu  memanjakannya.
               Ayahnya selalu mengikuti keinginannya. Apalagi mengenai permainan.
                   “Mulai hari ini juga, Ibu tidak mau melihatmu lagi menonton televisi!” rupanya Ibu
               Niar masih kesal. Ia memang agak keras mendidik anaknya sebab ia ingin anaknya
               meraih cita-cita. Ia tidak mau anaknya seperti dirinya. Hanya menjadi buruh cuci bagi
               mereka yang membutuhkan dengan penghasilan yang tidak tetap. Ayah Niar pun tidak
               memiliki pekerjaan tetap. Ia hanya seorang tukang servis elektronik panggilan. Pun
               penghasilannya yang tidak tetap.
                   “Belajarlah  baik-baik,  raih cita-citamu, jadilah  orang  sukses dan angkat derajat
               orangtuamu Nak. Sesuatu yang sulit didapatkan pasti akan menjadi rebutan, jadilah
               orang yang diperebutkan oleh dunia kerja.” Kali ini ayah Niar pun agak tegas berbicara
               pada Niar, menguatkan perkataan ibu.
                   Pada dasarnya, Niar adalah anak yang pintar. Hanya saja ia kurang tekun dalam
               belajar karena terganggu dengan mainan yang selalu menarik perhatiannya. Sejak
               Minggu pagi dimarahi oleh ibunya, Niar tidak lagi tertarik dengan permainan. Ia tekun
               belajar. Ia rajin membaca. Selain buku-buku pelajaran, ia pun banyak membaca buku
               cerita.
                   Seiring berjalannya waktu, kegiatan membaca yang dilakukan oleh Niar menjadi
               kebiasaan yang mendarah daging. Jika tidak membaca dalam sehari ia akan merasa
               kurang lengkap  hidupnya.  Niar bahkan  merasa bahwa  kegiatan  membaca sudah
               mendarah-daging pada dirinya. Yang lebih hebatnya lagi, Niar selalu menjadi juara di
               kelasnya.


                                                          *****















                                                           67
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98