Page 148 - Berbeda tapi Satu Jua – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten Kolaka
P. 148
PRAKARYA BUATAN ANI
Oleh : Afifah Humairah
Ani adalah murid Kelas IV SD yang suka bermain. Lantaran ia suka bermain,
biasanya ia akan lupa waktu pulang ke rumahnya. Pada suatu ketika ia dan teman-
teman kelasnya diberi PR Matematika dan tugas membuat prakarya.
Pada Minggu siang, ayah dan ibu Ani sedang ada acara kantor sehingga ia hanya
sendirian di rumah. Ia kemudian mengerjakan PR Matematika yang diberikan oleh
gurunya. Dalam mengerjakan PR itu, Ani seolah tidak sabar ingin segera selesai dan
pergi ke rumah temannya yang tidak jauh dari rumahnya, namanya Kiran. Mereka
akan bermain sepuasnya bersama teman-teman mereka.
Setelah mengerjakan PR, tanpa menoleh kiri-kanan, Ani langsung menutup pintu
dan berlari menuju rumah Kiran. Sampai-sampai ia lupa makan siang. Ani dan teman-
temannya sangat asik bermain.
Sore hari Ani pun pulang ke rumahnya. Ia khawatir kalau kedua orang tuanya
sampai di rumah dan ia masih di tempatnya bermain. Ia takut kalau mendapat marah
dari ayah ibunya. Karena ia sudah diperingati oleh orang tuanya bahwa kalau bermain
jangan sampai lupa waktu.
Sampai di rumahnya ia sangat senang karena ayah ibunya belum juga pulang. Ia
kemudian memakan makanan yang telah disiapkan oleh ibunya, yang seharusnya ia
makan siang tadi. Lalu kemudian mandi dan menunggu ayah ibunya pulang.
Ketika malam hari, Ani tidak dapat belajar dengan baik karena kelelahan setelah
bermain seharian. Ia baru ingat kalau harus menyelesaikan tugas prakarya yang
diberikan oleh gurunya dan akan dikumpul besok. Ani mulai menyesal karena belum
menyelesaikannya. Dan rasa kantuk sudah melanda. Ia ingin sekali tidur. Beberapa
kali Ani mencoba menyelesaikan tugas prakarya tapi tidak bisa juga. Itu karena Ani
sangat mengantuk.
Ani mulai putus asa. Dan tanpa sadar ia menangis. Mulai menyesal karena tidak
menyelesaikan tugas sebelum bermain. Ayahnya yang kebetulan lewat di depan,
mendengar Ani menangis.
“Ada apa Nak? Kenapa menangis?” Tanya ayahnya penasaran.
“Ayah, maafkan Ani!” Jawab Ani.
“Tapi kenapa? Ada apa? Kenapa Ani menangis?” Ayahnya makin penasaran.
“Ani belum menyelesaikan tugas prakarya, dan besok dikumpul!” Kata Ani.
“Kan bisa dikerjakan sekarang sayang!” Tegas ayah.
“Tapi Ani sudah mengantuk Ayah!” Jawab Ani dengan tangis makin kencang.
“Sekarang ayah mau tanya, kenapa tugasnya tidak dikerjakan siang tadi?”
Mendengar pertanyaan itu, Ani seketika terdiam. Ia takut akan mendapat marah
dari ayahnya karena melanggar janji untuk tidak lupa waktu ketika bermain. Sambil
menyeka air matanya, Ani menjawab pertanyaan Ayah.
“Maaf Ayah. Tadi Ani bermain di rumah Kiran sampai sore. Ani juga lupa makan
siang!”
Kini giliran ayah yang diam mendengar pengakuan Ani. Namun walau bagaimanapun
119

