Page 36 - Berbagi Kasih – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kota Baubau
P. 36

SEMANGKUK SUP AYAM


                                               Oleh: Jeremy Oween Wijaya




                   Sudah  berhari-hari,  hujan  turun tak pernah  berhenti.  Jalanan  becek  dan  udara
               dingin. Dua hari lalu, tepatnya hari Minggu, ayah berencana mengajak kami sekeluarga
               mengunjungi  museum Kebudayaan  Wolio sebagai  hadiah  karena aku juara lomba
               melukis. Sayangnya hujan mengguyur kota dengan amat deras. Lagi pula, ternyata
               museum tidak buka di hari Minggu.
                   Aku duduk menonton kartun kesukaanku sore ini. Hari Selasa biasanya ayah cepat
               pulang. Ini sudah pukul lima. Aku yakin ia pasti berteduh. Maklum, ayah ke kantor
               dengan mengendarai  sepeda motor.  Mantel yang dikenakan  pun terkadang tidak
               mampu menahan air hujan yang membasahi baju dan tas kantornya.
                   Hingga  pukul  enam, ayah  belum  tiba di rumah. Ibu menelepon,  ayah  sedang
               berteduh di sebuah supermarket. Sedang asyik menunggu, Madan dan Midun, kedua
               adik kembarku menangis. Mereka saling berebut mobil-mobilan. Usia mereka baru
               masuk lima tahun.
                   Akhirnya ayah datang.  Aku melihat wajahnya  pucat.  Ia  kedinginan.  Tetapi ia
               masih tersenyum melihat kami sambil menenteng sekantong makanan. Itu pasti sup
               kesukaan kami. Ayah langsung membersihkan badan di kamar mandi, sementara ibu
               menyiapkan sup di meja makan. Sup itu memang tidak banyak.
                   Setelah ayah selesai mandi, kami semua menuju meja makan. Sayangnya, sup
               yang diidam-idamkan ayah sudah tandas dihabiskan oleh Madan dan Midun. Mereka
               tampak kekenyangan. Sisa sup berceceran di meja makan. Tumpahan kuah ada di
               mana-mana. Ibu tampak cemas, tetapi ayah malah tersenyum.
                   Ia segera bergabung dengan kedua adikku. Bermain mobil-mobilan dan tembak-
               tembakan. Sementara aku duduk kesal di kursi samping meja makan. Kesal karena
               tak menikmati kuah sup di tengah hari hujan. Kesal karena kasihan pada ayah yang
               kedinginan dan kelaparan.


                                                            *****



























                                                           23
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41