Page 154 - Modul PJJ Bahasa Indonesia Kelas 8 Semester Genap-ok
P. 154
Benih Padi Terakhir
Cerpen Abdul Rahim
Malam hendak menyapa, rumah reot di pinggiran desa menjorok ke dalam hutan
itu menjadi ramai. Suara tangis beberapa anak kecil makin jelas terdengar
menyayat hati. Sesekali terdengar suara perempuan dengan lembut berusaha
menenangkan tangisan itu. Sebentar reda tangis yang satu, lalu kembali lagi
terdengar tangis yang lainnya. Dendangan dari perempuan itu juga mulai
terdengar.
“Pait-pait rasan nasi’, manis-manis buah ara.”*)
“Tidur anakku sayang, besok kita akan petik buah ara yang banyak di bawah
tebing, supaya kau tidak lapar lagi.”
“Mak, untuk apa padi yang digantung itu? Beberapa bagian sudah banyak yang
rontok.”
“Bapakmu sudah berpesan, padi itu nanti akan kita tanam jika musim hujan, dan
….” Ia tak melanjutkan ucapannya.
“Dan apa, Mak?”
“Sudahlah, Nak, kamu tidur juga ya, malam makin larut. Kita harus mematikan
lampu ini untuk menghemat minyak.”
“Tapi Mak, bapak kan…” Terdengar tiupan dari bibir ibunya, gelap menyelimuti.
Hanya suara napas dari anak-anak yang kelelahan menangis sedari malam belum
gelap.
Mereka pun larut dalam dengkuran, hening malam menyelimuti lima manusia di
gubuk reot itu. Perempuan tua itu mendekap perut-perut lapar yang belum
mengerti tentang apa yang mereka hadapi. Mereka hanya tahu supaya tidak lagi
menangis karena lapar. Pun selalu bergembira ketika perempuan tua itu
menyajikan makanan kesukaan mereka.
Bulir-bulir padi yang didapat dari tumpukan jerami sisa panen, dicampur biji
jagung yang juga disusuri dari pohon-pohonnya yang lupa dipetik ketika panen.
Itulah yang diurap dengan parutan kelapa, jika perempuan tua itu beruntung
menemukan ada yang hanyut di parit-parit yang melingkari sawah tempatnya
mengais bulir-bulir padi.
146
BAHASA INDONESIA | VIII | GENAP