Page 56 - PAI_SISWA
P. 56

Ayat di atas menegaskan bahwa menegakkan keadilan harus karena
                    Allah  Swt semata, bukan karena kepentingan pribadi atau duniawi. Kepentingan
                    pribadi atau duniawi harus dikesampingkan dalam menegakkan keadilan. Bahkan
                    jika kita bersaksi untuk kepentingan kerabat dekat, maka kita pun harus bersaksi
                    dengan mengatakan yang sebenarnya, meskipun kesaksian itu merugikannya.
                    Demikian juga jika kita bersaksi untuk musuh, maka kita pun harus bersaksi
                    dengan mengatakan yang sebenarnya, meskipun menguntungkannya.
                         Bagaimana jika kebenaran itu dari orang kafir? Kita harus tetap berlaku adil
                    dan  menerima  kebenaran  meskipun  muncul  dari  orang  kafir.  Bahkan  jika kita
                    menolak kebenaran dari yang kafir dikategorikan sebagai kezaliman.  Jadi, keadilan
                    itu  berlaku  untuk  semua,  baik  kawan  maupun lawan.  Kalau kebenaran  yang
                    datangnya dari orang kafir saja kita harus tetap menerimanya, maka kebenaran
                    yang datangnya dari sesama muslim sudah jelas harus kita terima. Oleh karena
                    itu menjadi sangat aneh kalau antara sesama muslim saja saling bertikai hanya
                    karena masing-masing merasa bahwa pendapatnya yang paling benar.

                         Berlaku adil dalam ayat di atas bermakna berusaha untuk adil dan
                    menegakkan keadilan. Jadi setiap usaha untuk menegakkan keadilan dan perilaku
                    menegakkan keadilan akan mendekatkan kepada ketakwaan. Semakin sempurna
                    keadilan, maka semakin sempurna pula ketakwaan.
                         Cermatilah kisah berikut ini :



                                       KEADILAN UMAR KHATTAB TERHADAP YAHUDI


                           Khalifah Umar bin Khattab bercakap-cakap dengan kakek Yahudi.
                           “kakek  jauh-jauh  datang  dari  Mesir,  adakah  keperluan  yang  ingin  kakek
                        sampaikan?”  tanya  Khalifah  kepada  kakek  Yahudi.  Kakek  Yahudi  itu  pun
                        menceritakan  bahwa  rumahnya  secara  sepihak  diratakan  untuk  dibangun
                        masjid. Dia pun mencurahkan perasaannya, kepada Khalifah Umar mengenai
                        perjuangan untuk memiliki rumah itu. “Sungguh sangat menyedihkan, harta
                        satu-satunya  yang  aku  miliki  sekarang  telah  sirna,  karena  dirampas  oleh
                        pemerintah.”


                           Wajah Khalifah Umar sontak memerah. Khalifah Umar pun begitu marah
                        mengetahui kisah yang didengarnya dari kakek Yahudi. Khalifah Umar lantas
                        mengambil  tulang  unta  lalu  menggores  tulang  tersebut  dengan  huruf  alif
                        dengan pedangnya. Tulang unta itu diserahkan kepada kakek Yahudi. Khalifah
                        Umar lantas berpesan, “Bawa tulang ini ke Mesir dan berikan kepada Gubernur
                        Amr bin Ash.”Dengan penuh keheranan kakek Yahudi pulang ke Mesir hanya






                                                           Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti  45
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61