Page 37 - S Pelabuhan 15.indd
P. 37
ATLAS PELABUHAN-PELABUHAN BERSEJARAH DI INDONESIA
tokonya sendiri. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
perlawanan dari kapal-kapal dagang dari berbagai
bangsa dan daerah di Nusantara yang kemudian
melakukan perdagangan ilegal atau penyelundupan.
Hal ini terutama dilakukan oleh Inggris sampai abad
ke-18. Para pedagang swasta Inggris dalam melakukan
perdagangan dengan Asia, juga melakukan ekspansi
dengan menjual tekstil India, opium, dan senjata
untuk dipertukarkan dengan berbagai mata dagangan
dari berbagai pelabuhan di Asia, termasuk juga di
Nusantara. Di samping itu para pedagang Cina dengan
Sarang burung Walet, komoditas
kapal-kapalnya yang besar sangat aktif berlayar dan memperdagangkan komoditi perdagangan asal Nusa Tenggara
dari Cina ke Nusantara. Pelayaran kapal-kapal Cina yang mendatangkan banyak yang laku di pasaran Cina
keuntungan ini sangat menarik perhatian VOC. Namun peristiwa pembantaian
Cina di Batavia, Jawa tahun 1740, VOC mulai membatasi kedatangan Jung Cina ke
Nusantara, kapal-kapal Cina hanya diijinkan berdagang di Banjarmasin dan Makasar.
Di samping itu banyak para pelaut dan pedagang Makasar yang juga melakukan
perdagangan ilegal dengan menjual berbagai macam komoditi dari seluruh Nusantara.
Dengan mengunakan perahu-perahunya orang-orang Makasar mengangkut berbagai
komoditas dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya (Alfi an, ed. 1992,375-377).
Tetapi sejak kejatuhan pelabuhan Makasar, perdagangan bebas di Nusantara
mengalami kemerosotan. VOC melakukan praktek monopoli perdagangan yang
kemudian menjadikan perdagangan rempah-rempah menjadi kurang menarik.
Eksploitasi Pulau Jawa yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda selama abad
ke-19 juga menelantarkan daerah luar Jawa terutama di Indonesia bagian timur.
Namun munculnya pelabuhan bebas Singapura yang dibangun oleh Inggris tahun
1819, menyadarkan pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk melakukan usaha-
usaha untuk menyaingi ramainya perdagangan di Singapura. Tarif bea yang rendah
yang diberlakukan Inggris di Pelabuhan Singapura membuat banyak pedagang
dari Cina, Arab, India, dan bahkan kapal-kapal dari Bugis dan Makasar secara
rutin berkunjung ke Singapura untuk menjual barang-barang yang dibawanya dari
kepulauan Indonesia bagian timur. Kapal-kapal pinisi dan padewakang milik orang
Bugis-Makasar membawa produk-produk seperti lilin lebah, sarang burung, kayu
cendana, beras, dan lain-lain.
25