Page 9 - @BIP
P. 9
Page iii
P R A K A T A
Pemikiran saat ini banyak di didominasi oleh berbagai
pengaruh globalisasi yang berpotensi meninggalkan
pengetahuan lokal (masyarakat suku) yang sesungguhnya
sudah berjalan ratusan hingga ribuan tahun. Peran masyarakat,
akademis dan pemerintah sangat diperlukan dalam
menghormati dan menjaga warisan pengetahuan lokal dari
leluhur sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia.
Menghormati dan menjaga hak-hak masyarakat suku
sebagaimana diatur pada Deklarasi PBB pada tahun 2007
tentang hak-hak masyarakat adat dan tentu akan berlanjut ke
masa depan. Kemudian, Pasal 18B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
yang secara yuridis-normatif masyarakat adat (suku) telah
diakui kewenangan dan hak tradisionalnya dalam konstitusi.
Sementara hak masyarakat suku Ammatoa Kajang telah diatur
dalam Peraturan Derah Kabupaten Bulukumba No 9 tahun 2015
tentang pengukuhan, pengakuan hak, dan perlindungan
masyarakat adat (suku) Ammatoa Kajang.
Perlindungan yang dimaksud dapat berupa properti penge-
tahuan yang dapat didokumentasikan melalui studi etnobotani.
Studi etnobotani tumbuhan obat saat ini telah tren di Indonesia
tetapi ironisnya, di wilayah Sulawesi Selatan tergolong masih
sangat rendah terutama di suku Ammatoa Kajang. Suku
Ammatoa Kajang merupakan salah satu suku yang
mengisolasikan diri dari kehidupan modern dan telah
membuktikan diri bahwa tumbuhan obat yang digunakan
sangat bermanfaat pada kesehatan masyarakat.
Tumbuhan obat Ammatoa Kajang sangat penting untuk
digali sehingga perlu adanya dokumentasi secara tertulis
melalui kajian etnobotani. Etnobotani tumbuhan obat
merupakan salah satu langkah awal dalam
mendokumentasikan pengetahuan lokal yang dimiliki
masyarakat untuk menghindari pengetahuan lokal akan terkikis