Page 78 - KAYA atau MATI...Mbran 1927-2011
P. 78
berhutang budi pada keluarga Pak Lurah setelah
suaminya meninggal karna terkena Kolera
Jepang. Karna keadaan ekonomi yang pas2an
malah selalu kekurangan, sampai2 Mbran dan
Julak Intan hanya makan nasi sekali sehari dan
beras itupun minjam sama Bu Lurah.
Panasnya sengitan Matahari disiang
bolong itu, mengucurkan keringat basah
disekujur badan Mbran yang telanjang dada
sibuk memoles dempul di sampan barunya,
badannya yang kurus kering hitam pekat itu
berkilau diterpa sinar surya. Tapi Mbran sudah
kebal dengan panasnya Mentari. Malah yang ia
rasakan sekarang panas dingin di lubuk hatinya
sepeninggal pergi Nyai tadi.
“Huh........kenapa Aku?”............”Kenapa?”
Ya, Tanya Mbran pada dirinya sendiri.
“Pasti ini Janji dan ikatan kesepakatan
Julak Intan Almarhumah”, Jawab Mbran sendiri.
Sehabis Magrib dua malam yang lalu,
tanpa diundang Bu Sabiah dan Pak Lurah Sada