Page 29 - E-Book Interaktif Pewarisan sifat
P. 29
3. PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL
Istilah penyimpangan semu hukum Mendel berawal dari ditemukannya sifat-sifat
menyimpang dari persilangan yang seharusnya. Sebelumnya, Mendel mampu
merumuskan perbandingan keturunan hasil persilangan monohibrid (satu sifat beda) dan
dihibrid (dua sifat beda), yaitu sebagai berikut :
F2 monohibrid memiliki perbandingan fenotip 3 : 1
F2 dihibrid memiliki perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1
Ternyata, tidak semua persilangan menghasilkan rasio atau perbandingan fenotip yang
sesuai dengan hukum Mendel. Terdapat beberapa kasus menghasilkan rasio fenotip yang
menyimpang dari hukum tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa gen yang saling
mempengaruhi pada saat pembentukan fenotip (keturunan). Meskipun demikian, rasio
fenotip ini masih mengikuti aturan Hukum Mendel, sehingga hasil rasio fenotipnya dapat
dikatakan sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel. Berikut ini beberapa kasus
penyimpangan semu hukum Mendel:
a. Atavisme
Penyimpangan semu Hukum Mendel yang pertama adalah atavisme. Atavisme
adalah interaksi antar gen yang menghasilkan filia atau keturunan dengan fenotip
yang berbeda dari induknya. Interaksi dari beberapa gen akan memunculkan satu
karakter, sehingga satu karakter dipengaruhi oleh lebih dari satu gen.
Salah satu contoh fenomena atavisme adalah interaksi bentuk pada pial (jengger)
ayam yang pertama kali di perkenalkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet. Karakter
jengger tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua gen yang berinteraksi. Pada
beberapa jenis ayam, gen R mengatur jengger untuk bentuk ros, gen P untuk fenotip
pea, gen R dan gen P jika bertemu membentuk fenotip walnut. Adapun gen r bertemu
p menimbulkan fenotip single.
R_P_ = Tipe walnut
R_pp = Tipe ros
rrP_ = Tipe pea
rrpp = Tipe single
Gambar 9. Perbedaan bentuk pial (jengger) ayam
(Sumber : www.kelaspintar.id )
E-book Interaktif Materi Pewarisan sifat I Biologi Kelas XII SMA/MA 19