Page 117 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 117
PERUNDANGAN ISLAM MASA KHALĪFAH BANĪ UMAYYAH
Riwayat hadis yang sampai pada Madrasah Ahl al-Ra’yi, tidak sebanyak hadis yang sampai pada Madrasah Ahl al-Ḥadīts yang ada di Madinah, sehingga memberi kesan terhadap upaya mereka untuk memperbanyak daya logika (ra’yu) dalam ijtihad mereka.
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa hukum yang terjadi di Irak lebih beragam daripada masyarakat Madinah, di mana peradaban asing seperti Persia dan Romawi, Kristen Ortodoks dan aliran-aliran pemikiran begitu pesat masuk ke Irak, sehingga banyak menimbulkan masalah-masalah hukum, yang membutuhkan jawaban dan fatwa.
Madrasah ini banyak membahaskan mengenai perkara furūʻ, termasuk perkara-perkara yang belum tentu terjadi pada zaman itu.
Madrasah ini memberikan perhatian khusus terhadap pencarian ‘illah hukum dan hikmah pensyariatannya, serta mengaitkannya baik ada atau tidaknya. Ini karena mereka menganggap bahwa syariat Islam dapat dicerna maknanya. Ia datang untuk mewujudkan kemaslahatan hamba sehingga perlu dicari rahasia apa yang tersimpan di balik zahirnya nas berupa ‘illah ditetapkannya syariat.
Madrasah ini sangat memilih dalam menerima hadis ahad. Hal itu dilakukan karena mereka sangat berhati- hati dalam meriwayatkan hadis Nabi Muhammad SAW, karena saat itu Irak menjadi negeri yang penuh dengan hadis palsu yang mengharuskan para ulama untuk lebih berhati-hati dalam menerima sebuah hadis. Akibatnya, mereka lebih mendahulukan Qiyās daripada hadis ahad.
101