Page 132 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 132
SEJARAH PERUNDANGAN ISLAM
fuqahā’ dan pakar sejarah ulama Fiqh berpendapat bahwa Imām Syāfiʻī dilahirkan di kota Gaza, bagian selatan Palestina pada tahun 150H. Namun di tengah pendapat yang popular ini, ada juga sebagian ulama yang menyatakan bahwa Imām Syāfiʻī dilahirkan di Asqalan, sebuah kota yang berjarak tiga farsakh (sekitar 9 mil)46 dari kota Gaza. Bahkan ada juga ulama yang berpendapat bahwa beliau dilahirkan di Yaman.47
Imām Syāfiʻī lahir dan tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya dua aliran Fiqh yang memiliki metode tersendiri. Fiqh Madrasah Ahl al-Ḥadīts yang ada di Madinah di bawah naungan Imām Mālik Ibn Anas dan Fiqh Madrasah Ahl al-Ra’yi (akal) yang ada di Irak di bawah naungan Imām Abū Ḥanīfah. Namun Muḥammad Abū Zahrah berpendapat bahwa selain dua aliran Fiqh tersebut, masih ada lagi satu aliran Fiqh di Mekah yaitu aliran Fiqh yang menitikberatkan konsentrasinya kepada pemahaman terhadap tafsir Al-Qur’an dan ilmu-ilmunya. Madrasah Mekah ini digagas oleh seorang sahabat, yaitu ʻAbd Allāh Ibn ʻAbbās RA yang dikenal dengan julukan Turjuman al-Qur’an (Penafsir Al-Qur’an).48
Imām Syāfiʻī yang tumbuh di kota Mekah sepertinya sangat terpengaruh dengan metode Ibn ʻAbbās RA dan dapat dikatakan menjadikannya sebagai panutan dalam keilmuan, pemikiran dan akhlak. Sebab itu, secara umum antara Ibn ʻAbbās RA dan Imām Syāfiʻī raḥimahullah memiliki kesamaan. Ibn ʻAbbās RA adalah
46 1 farsakh =3 mil. Lihat Muhibul Aman ‘Ali dkk, Mengenal Istilah dan Rumus Fuqoha, Lirboyo: Madrasah Hidayatul Mubtadi’ien, 1997, hlm. 89.
47 Perbedaan pendapat tersebut terjadi karena ada tiga riwayat dari Imām Syāfiʻī sendiri mengenai kelahirannya. Pertama diriwayatkan bahwa beliau berkata “Aku dilahirkan di Gaza pada tahun 150H. Aku dibawa ke Mekah oleh ibuku saat berusia dua tahun. Riwayat kedua dinyatakan bahwa beliau pernah berkata “Aku dilahirkan di Asqalan”. Sementara riwayat ketiga dinyatakan bahwa beliau berkata “Aku lahir di Yaman, kemudian ibuku sangat khawatir sehingga aku dibawa ke kota Mekah. (Muḥammad Abū Zahrah, Imām Syāfiʻī, hlm. 27, lihat juga, Aḥmad Naḥrāwī ʻAbd al-Salām, al-Imām al-Syāfiʻī, hlm. 26-27.
48 Muḥammad Abū Zahrah, Imām Syāfiʻī, hlm. 73.
116