Page 144 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 144

    SEJARAH PERUNDANGAN ISLAM
   Hadis Mursal 52 dan Hadis Dha‘īf, yaitu apabila tidak dijumpai tiga poin di atas, maka beliau menetapkan hukum dengan hadis mursal dan hadis dha‘īf. Dalam pandangan Imām Aḥmad ibn Ḥanbal, hadis hanya dua kelompok yaitu, hadis sahih dan hadis dha‘īf.
   Qiyās, yaitu apabila Imām Aḥmad ibn Ḥanbal tidak mendapatkan nas dari hadis mursal dan hadis dha‘īf, maka beliau menggunakan Qiyās. Qiyās di sini digunakan dalam keadaan darurat (terpaksa).
  Sadd al-dzarā’i, yaitu sebuah kaidah hukum fiqh dengan melakukan tindakan pencegahan terhadap hal-hal yang negatif yang dilarang (al-mahzhūr).53
Contoh peristiwa Nabi SAW melarang para sahabat daripada mencaci dan mencela tuhan-tuhan yang disembah selain Allah SWT. Perintah ini berdasarkan firman Allah SWT:
Dan janganlah kamu cerca benda-benda yang mereka sembah yang lain dari Allah, karena mereka kelak, akan mencerca Allah secara melampaui batas dengan ketiadaan pengetahuan. Demikianlah Kami memperelokkan pada pandangan tiap-tiap umat akan amal perbuatan mereka, kemudian kepada tuhan merekalah tempat kembali mereka, lalu ia menerangkan kepada mereka apa yang mereka telah lakukan. (QS. al-Anʻām/6:108)
Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT melarang kita daripada mencaci tuhan-tuhan bukan Muslim. Ini karena, ia akan membuka ruang dan peluang kepada bukan muslim untuk mencaci semula Allah SWT. Maka, sikap muslim yang membuka peluang untuk Allah SWT dihina adalah berdosa dan ditegah.
       128



























































































   142   143   144   145   146