Page 68 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 68
SEJARAH PERUNDANGAN ISLAM
Al-Qur’an dipindahkan secara tawātur yaitu melalui kaidah pemindahan yang menjamin kesahihannya. Ekoran daripada ini, mana-mana kaidah pembacaan (ʻIlm Qirāʼāt) yang diriwayatkan tidak mengikuti kaidah tawātur, seperti hanya disebut bahwa sesetengah sahabat membacanya demikian, ini tidak dikira sebagai Al-Qur’an.12
Bincangkan
Berdasarkan penerangan di halaman 51, Al-Qur’an itu tersendiri berbeda dengan Hadis Qudsi atau Hadis Nabawi meskipun ketiga hal tersebut merupakan wahyu dari Allah SWT. Di dalam Surah al-Syūrā ayat 51, Allah SWT menjelaskan bahwa wahyu Allah kepada manusia hanya terjadi dalam tiga bentuk. Wahyu Al-Qur’an kepada Nabi SAW termasuk dalam bentuk ketiga. Sedangkan Hadis Qudsi dan Nabawi termasuk dalam bentuk pertama. Bincangkan dengan guru keistimewaan Al-Qur’an ini.
Kehujahan Al-Qur’an
Mengenai kehujahan Al-Qur’an, Wahbah al-Zuhailī mengatakan bahwa para ulama telah sepakat bahwa Al-Qur’an adalah hujah yang wajib diikuti, tidak boleh berpaling dari Al-Qur’an pada dalil yang lain kecuali tidak ada ketentuan yang jelas di dalamnya tentang suatu masalah. Dan dalil bahwa Al-Qur’an merupakan hujah bagi manusia dan wajib bagi seluruh manusia untuk mengikuti hukum-hukum yang terkandung di dalamnya adalah karena Al-Qur’an itu dari Allah SWT.
12 ʻUmar Sulaimān al-Asyqar, Nahwa Tsaqāfah Islāmiyyah Ashliyyah, Jordon: Dār al-Nafāʼis, 2002, hlm. 38.
52