Page 95 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 95
SEJARAH PERUNDANGAN PADA MASA KHULAFĀʼ AL-RĀSYIDĪN
Hadis tersebut, kelihatan jelas bahwa sumber perundangan Islam pada masa Abū Bakr RA adalah Al-Qur’an, Sunnah dan Ijmak. Dengan tiga dasar tersebut, dijadikan asas dalam mengambil segala kebijakan (polisi) dalam pemerintahan Khalifah Abū Bakr al- Shiddīq RA sampai beliau wafat.
B ʻUmar bin al-Khaththāb RA
SEBELUM wafat, Abū Bakr RA sempat mewasiatkan hal ini dan mewasiatkan pula jabatan kekhalifahan kepada ʻUmar bin al- Khaththāb RA, serta yang menuliskan wasiat ini adalah ʻUtsmān bin ʻAffān RA. Setelah itu wasiat tersebut dibacakan di hadapan seluruh kaum muslimin dan mereka mengakuinya serta tunduk dan mematuhi wasiat tersebut.
Ketika Abū Bakr al-Shiddīq RA wafat pada hari Senin, setelah Maghrib dan dikuburkan pada malam itu juga, bertepatan pada tanggal 21 Jumadil Akhir tahun 13H, ʻUmar bin al-Khaththāb al-Fārūq RA menggantikan
seluruh tugas-tugasnya dengan
sebaik-baiknya sebagai
Amirulmukminin. Beliaulah
yang pertama kali menyebut
dirinya dengan gelaran
Amirulmukminin. Orang yang
pertama kali memanggilnya
dengan gelaran tersebut adalah
al-Mughīrah bin Syuʻbah RA.
Gilap Minda
Langkah yang pertama kali sesudah pengangkatan sebagai khalifah (13-23H/634- 643M), ʻUmar RA segera mengangkat ʻAlī bin Abī
Dalam pidato Abū Bakar al-Shiddiq RA, beliau mengariskan kebijakannya (polisi) dalam pemerintahan yaitu berpandukan pada Al- Qur’ an, kemudian sunnah Rasulullah SAW dan ijmak para ulama dalam urutan demikian. Mengapa Abū Bakar menetapkan dasar ini dalam kebijakan pemerintahannya?
79