Page 93 - Sejarah Perundangan Islam (Edisi Baru)
P. 93

SEJARAH PERUNDANGAN PADA MASA KHULAFĀʼ AL-RĀSYIDĪN
periode (11–13H/632–634M),21 karena keutamaan-keutamaan yang dimilikinya. Bahkan untuk meyakinkan pihak Muhajirin dan Anshar, ʻUmar bin al-Khaththāb RA berkata:
َأَفَل َنر َضل ُدْنياَنامنرضيهرسوُلاللهصَّلاللهُ َعَليهوسَّلم ْ َََََُُْْ َ َََْ
ِِِ لدْيننَا
“Apakah kalian tidak reda kepada Abū Bakr untuk urusan dunia, padahal Rasulullah SAW telah reda kepadanya untuk urusan agama kita?”
Setelah Abū Bakr RA resmi menjadi khalifah, beliau berpidato: “Saudara-saudara, aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik di antara kalian semuanya. Untuk itu, jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah tegurlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. ‘Orang lemah’ di antara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. ‘Orang kuat’ di antara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul- Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku.”22
Pidato Abū Bakr RA ini merupakan prinsip awal dalam menjalankan roda kekhalifahannya, sekaligus sebagai landasan bahwa perundangan Islam haruslah diasaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah, serta Ijtihad dari kalangan sahabat. Hal ini juga sebagaimana dikuatkan hadis yang diriwayatkan Imām al-Dārimī raḥimahullah, dari sahabat Maimūn bin Mahrān RA, berikut ini:
21 Ibn Katsīr, hlm. 55.
22 Ibid., hlm. 83.
ِِِ ِ
77



























































































   91   92   93   94   95