Page 107 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 107
Seni memiliki banyak pengertian sesuai dengan sudut pandangnya. Namun dari sekian banyak definisi, dapat disederhanakan menjadi lima hal berikut ini:
Seni sebagai bentuk kemahiran atau kemampuan atas sesuatu. Seni sebagai kegiatan manusia.
Seni sebagai karya yang memiliki nilai estetik.
Seni sebagai ‘fine art’, yaitu seni selalu membincangkan segala yang halus dan indah lagi menyenangkan hati serta perasaan manusia.
Seni memberikan kenikmatan bagi siapa saja yang memandangnya.
Dari definisi-definisi di atas tampak masih terlalu umum dan sekuler, maka di sini seni perlu didefinisikan ulang sesuai perspektif Islam. Bahwa hakikat seni adalah kemampuan manusia untuk mengekspresikan sesuatu tentang keindahan, sesuai dengan fitrah tauhid yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya.
Berasaskan akidah, artinya kesenian tidak hanya berorientasi pada keindahan semata, tetapi juga harus berasaskan nilai kebenaran (al-ḥaqq). Seni yang diperjuangkan adalah karena Allah SWT, bukan seni untuk seni. Falsafah seni untuk seni tidak banyak membawa faedah kepada manusia, apalagi kepada agama.
Walaupun Islam menjunjung nilai-nilai ‘indah’ tetapi ia tidak bisa disamakan dengan tradisi Barat, karena Barat memandang indah hanya diukur dari sisi fisiknya saja yang ujungnya hanya mencari kesenangan semata. Contohnya, ketika Herbart Read mendefinisikan seni, ia mengatakan bahwa seni merupakan suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.
Oleh itu, dalam sastra Barat, keindahan hanya dikaitkan dengan estetika. Ini dicapainya menerusi kekuatan daya kreatif dan daya imajinasi dengan penciptaan bentuk-bentuk yang unik. Berdasarkan
a b c d
e
sejarah tamadun islam 2
93