Page 11 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 11

 Sains telah dibaratkan dan disekulerkan, jauh dari nilai-nilai murninya, jauh dari tauhid, serta dipisahkan dari konsep ilmu yang sesungguhnya. Sains hanya menyentuh pada pengetahuan, bahwa cukup manusia itu tahu dan tanpa perlu diamalkan apalagi diyakini. Sains sekuler memang sejak awal diciptakan untuk mengalahkan agama, dan menghilangkan Tuhan dari pembahasan sains itu sendiri. Tuhan telah disingkirkan begitu saja dalam sistem astronomi. Pierre de Laplace (w. 1827), dalam bukunya yang terkenal Celestial Mechanism, ia menjelaskan proses kejadian alam melalui teori Big-Bang-nya terjadi begitu saja tanpa campur tangan kekuasaan Allah. Charles Darwin (w. 1882), seorang ahli biologi yang terkenal di Inggris telah membuat teori bahwa kehidupan ini berasal dari proses alam, tanpa campur tangan kekuasaan Allah. Demikian juga Sigmund Freud (w. 1939), bapak psikoanalisis, memandang Tuhan sebagai ilusi dan telah mati dari kehidupan nyata.
Tentu ideologi sains yang mereka bawa, tidak semestinya diterapkan di dalam sains Islam, karena hal itu akan menghasilkan krisis ilmu pengetahuan yang berdampak pada kepribadian yang dikotomi, pengetahuan kering akan nilai iman sebagai akibat lain dari pola pikir keilmuan yang hanya mengakui fakta-fakta yang empiris, penyalahgunaan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi, contohnya penggunaan energi atom (nuklir) sebagai alat perang dan bukan sebagai sumber energi, maraknya pola hubungan materialistis, semua diukur dengan materi yang menghilangkan nilai ukhuwah dalam interaksi manusia, menghalalkan segala cara sebagai akibat dangkalnya iman dan pola hidup materialistis, dan akhir dari semua itu adalah jiwa yang resah dan tertekan karena kekaburan orientasi hidup, akibat krisis makna yang berkepanjangan.
Oleh karenanya, perlu dilakukan langkah Islamisasi ilmu. Al-Attas mengartikan Islamisasi sebagai, “Pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animisme, kultur-nasional (yang bertentangan dengan Islam) dan dari belenggu paham sekuler terhadap pemikiran dan bahasa. Juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya yang cenderung sekuler dan tidak adil terhadap hakikat diri atau jiwanya. Jadi pada dasarnya Islamisasi adalah suatu proses mengembalikan ilmu menuju bentuk asalnya, sehingga ilmu menemukan kembali ruh tauhidnya, mengenal siapa Rabb-nya, dan kewajiban kita untuk tunduk, patuh menyembahnya.
sejarah tamadun islam 2
xi






























































































   9   10   11   12   13