Page 110 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 110
96
sejarah tamadun islam 2
Seni dalam Islam mempertimbangkan antara estetika dan etika, yaitu antara keindahan dan kebaikan. Tidak cukup dalam seni hanya berorientasi pada estetika semata, sebagaimana yang terdapat dalam falsafah seni untuk seni, yang mempertimbangkan keindahan materi. Falsafah ini hanya berujung pada kesombongan dan berbangga diri. Untuk itu, seni harus memiliki nilai etika, sehingga seni dapat disaring mana yang baik dan mana yang buruk. Rasulullah SAW bersabda:
َل َي ْد ُخ ُل ا ْل َج َّن َة َم ْن َك ا َن ِ ْف َق ْل ب ِ ِه ِم ْث َق ا ُل َذ َّر ٍة ِم ْن ِك ْ ٍب ، َق ا َل َر ُج ٌل : إ ِ َّن
ََََُِ َُ ًََِ ٌِ الرجل ُيبأ ْنيكونثوبُهحسًناونعلُهحسَنة.قال:إ َّنا َل َجيل
َََََََُُُّّْْْ ْ
ُ ِيباْلجَم َل،اْل ِكبب َطراْلح ِّقو َغم ُطالَّنا ِس. َُّ َََُُْْ
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat biji debu. Ada seorang yang bertanya, ‘Sesungguhnya setiap orang suka (memakai) baju yang indah, dan alas kaki yang bagus, (apakah ini termasuk sombong?).’ Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain’.” (HR. Muslim)
Seni dalam Islam, selalu memadukan akal dan wahyu. Akal tidak boleh berdiri sendiri, sebagaimana yang diyakini oleh Barat. Akal harus diposisikan sesuai dengan porsinya, ia sebagai alat ijtihad untuk menemukan kreativitas seni, dengan panduan wahyu. Inilah yang disebut dengan integrasi antara wahyu dan akal, sehingga akal berfungsi sesuai dengan fitrahnya. Di antara beberapa contoh isyarat yang dijelaskan oleh Al-Qur’an adalah firman Allah SWT dalam surah Āli ‘Imrān ayat 191 yang menjelaskan tentang pentingnya menggunakan akal untuk memikirkan ciptaan Allah SWT di jagat raya ini, sehingga mampu melahirkan karya, yang membawa kemudahan untuk lebih mengenal Allah SWT, sehingga menambah keimanan.