Page 52 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 52
38
sejarah tamadun islam 2
A. Cara Memperoleh Ilmu
Ilmu itu hanya bisa diperoleh dengan cara belajar (ta‘allum). Ini berlaku secara umum, kecuali para nabi utusan Allah, mereka mendapatkan ilmu melalui wahyu. Hal itu sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam al- Bukhārī raḥimahullāh di dalam Kitab Jāmi‘ al-Shaḥīḥ, dalam bab al- ‘Ilm Qabl al-Qauli wa al-‘Amal. Nabi Muhammad SAW bersabda:
ََِّ ََِِِّ وقاَلالَّنبىصلا ُل َعَليِهوسَّلم:منيرِدا ُلبِهخيرايفقهُه ِف َ َُّ ََََُْْ ًُْْ
َُِِِّْْ
ال ِّدي ِن، َوإ َّنم العل ُم بال َّت َعل ِم.
“Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka ia akan dipahamkan dalam urusan agama, dan sesungguhnya ilmu itu dengan ta‘allum’.” (HR. al- Bukhārī)
Hadis di atas secara tegas menjelaskan bahwa untuk memperoleh ilmu haruslah melalui proses belajar. Karena tidak ada di dunia ini menjadi seorang pakar di bidang tertentu dengan cara pintas, tanpa melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh ilmu diperlukan usaha belajar yang gigih. Tanpa itu, mustahil ilmu tersebut akan diperoleh.
B. Saluran-Saluran Ilmu
Untuk tercapainya ilmu melalui proses belajar tersebut, diperlukan instrumen pendukungnya, yaitu mencakup empat saluran ilmu, (1) persepsi indra (idrāk al-ḥawāss), (2) proses akal sehat (ta‘aqqul) serta (3) intuisi hati (qalb), dan (4) melalui informasi yang benar (khabar shādiq).25
25 Syamsuddin Arif, Orientasi dan Diabolisme Pemikiran, hlm. 205.