Page 53 - Sejarah Tamadun Islam 2
P. 53
Persepsi indrawi meliputi yang lima hal yaitu indra pendengar, penglihatan, perasa, pencium, penyentuh, ditambah indra keenam yang disebut al-ḥiss al-musytarak atau sensus communis, yang menyertakan daya ingatan atau memori (dzākirah), daya penggambaran (khayāl) atau imajinasi dan daya estimasi (wahm). Proses akal mencakup nalar (naẓar) dan alur pikir (fikr). Dengan nalar dan alur pikir ini manusia bisa berartikulasi, menyusun proposisi, menyatakan pendapat, berargumentasi, melakukan analogi, membuat keputusan dan menarik kesimpulan.26
Sedangkan dengan intuisi kalbu, menurut Syamsuddin Arif di dalam bukunya “Orientas dan Diabolisme Pemikiran”, seseorang dapat menangkap pesan-pesan gaib, isyarat-isyarat Ilahi, menerima ilham, dan lain sebagainya. Namun untuk kepastian kebenaran ilmu yang diperoleh melalui instrumen terakhir ini mesti dikonfirmasi kepada sumber ilmu yang ketiga yang merupakan sumber ilmu yang sejati dan hakiki, yaitu khabar shādiq. Sumber khabar shādiq, terutama dalam urusan agama, adalah wahyu yang terdiri dari Al-Qur’an dan al-Sunnah yang diterima dan diriwayatkan serta dinukilkan sampai akhir zaman.27
Dari saluran-saluran ilmu tersebut harus diintegrasikan dalam kesatuan yang utuh tanpa pemisahan antara satu dengan yang lainnya. Karena kalau tidak, akan terjadi proses sekularisasi, yaitu pemisahan antara yang ‘aqlī dan naqlī. Ibn Taimiyyah raḥimahullāh mengatakan:
“Saluran-saluran ilmu itu mencakup indra batin dan zahir, yakni yang dapat diketahui dengannya hal-hal yang wujud zatnya. Kemudian berpikir dengan nalar dan qiyās. Ilmu yang ini bisa tercapai sesudah ilmu dengan indra. Maka apa yang ditunjukkan oleh indra secara mu‘ayyan (empiris) dapat ditunjukkan pula oleh akal dan qiyās (analogi) secara kullī (universal) dan muthlaq (absolut), karena memang nalar, jika sendirian, tidak bisa mengetahui sesuatu secara mu‘ayyan. Ia sebatas mengubah yang khusus menjadi umum, dan yang mu‘ayyan menjadi muthlaq. Karena hal-hal yang kullī
26 Ibid, hlm. 205-206. 27 Ibid.
sejarah tamadun islam 2
39