Page 10 - Kompendium Katekismus Gereja Katolik
P. 10
mencantumkan nomor-nomor acuan yang tertera pada tepi halaman, dan secara
konsisten mengikuti struktur, perkembangan, dan isinya. Jadi, Kompendium
ini dimaksudkan untuk menimbulkan kembali minat dan antusiasme kepada
Katekismus yang selalu merupakan teks dasar untuk katekese dalam Gereja
sekarang ini. Seperti dalam Katekismus, Kompendium ini terdiri dari empat
bagian, sesuai dengan dinamika dasar hidup dalam Kristus.
Bagian Satu berjudul ”Pengakuan Iman”, berisi sintesis dari lex credendi
(hukum iman), yaitu iman yang diakui oleh Gereja Katolik, yang diungkapkan
dalam Pengakuan Iman para Rasul yang kemudian dikembangkan oleh Pengakuan
Iman Nicea-Konstantinopel. Dalam Pengakuan Iman liturgis, umat Kristen
menghidupkan kebenaran-kebenaran pokok iman mereka dalam ingatan.
Bagian Dua berjudul ”Perayaan Misteri Kristen”, menyajikan unsur-unsur
esensial dari lex celebrandi (hukum perayaan liturgi). Pewartaan Injil mendapatkan
jawabannya yang autentik dalam hidup Sakramental. Melalui hal ini, para pengikut
Kristus mengalami dan memberikan kesaksian setiap saat dalam hidup mereka
tentang daya penyelamatan misteri Paskah yang telah dilaksanakan oleh Kristus
untuk penebusan kita.
Bagian Tiga berjudul ”Hidup dalam Kristus”, menjelaskan lex vivendi
(hukum kehidupan), orang-orang yang dipermandikan mewujudkan komitmen
mereka terhadap iman yang sudah mereka akui dan rayakan melalui tindakan
dan pilihan etis dalam hidup mereka. Umat Kristen dipanggil oleh Yesus untuk
bertindak sesuai dengan martabat mereka sebagai anak-anak Bapa dalam kasih
Roh Kudus.
Bagian Empat berjudul ”Doa Kristen”, meringkaskan lex orandi (hukum
doa). Dengan mengikuti teladan Yesus, model sempurna bagi orang yang berdoa,
orang-orang Kristen juga dipanggil untuk berdialog dengan Allah dalam doa.
Ungkapan doa yang istimewa ialah Bapa Kami, doa yang diajarkan oleh Yesus
sendiri.
4. Ciri khas kedua Kompendium ini ialah bentuk dialogisnya yang
mengingatkan kita akan bentuk literer tanya-jawab dari katekese lama. Ide yang
ada di belakangnya untuk menggambarkan dialog imajinatif antara guru dan
murid, dan melalui pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik pembaca dibawa
masuk lebih dalam untuk menemukan aspek-aspek imannya yang selalu baru.
Bentuk dialogis ini juga membuat teksnya menjadi ringkas dengan mengatakan