Page 8 - Kompendium Katekismus Gereja Katolik
P. 8
Ikon Kristus, sang Pantokrator (Maharaja), mempunyai keindahan artistik yang jarang
ditemui, mengingatkan kata-kata pemazmur: ”Engkau yang terelok di antara anak-anak
manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu” (Mzm 45:3).
Santo Yohanes Krisostomus menggunakan pujian ini kepada Yesus ketika dia menulis:
”Kristus sedang berada pada tahap pertama hidup-Nya ketika dilengkapi dengan kekuatan
Roh, dan dari sana bersinarlah dalam diri-Nya sebuah keindahan rangkap, yaitu keindahan
jiwa dan badan” (PG 52, 479).
Dengan ekspresi figuratifnya, ikon ini menampilkan sintesis dari konsili ekumenis yang
pertama lewat keberhasilannya menampilkan kemuliaan kemanusiaan Yesus dan kemilau
keilahian-Nya.
Kristus mengenakan baju berwarna merah ditutup dengan sebuah mantel berwarna
biru tua. Kedua warna itu mengingatkan kedua kodrat-Nya, sedangkan pantulan emasnya
melambangkan pribadi ilahi dari Sang Sabda. Wajah-Nya, anggun dan tenang, dibingkai
dengan rambut kepala yang tebal, dikelilingi dengan sebuah salib yang memancarkan halo,
membawa tiga huruf Yunani ”O Ω N” (Dia yang ada), merujuk pada pewahyuan Nama Allah
dalam Kitab Keluaran 3:14. Di sisi atas kiri dan kanan, terdapat dua huruf Yunani ”IC – XC”
(”Yesus” – ”Kristus”) yang menunjukkan judul lukisan ini.
Tangan kanan, dengan ibu jari dan jari manis melengkung sampai saling menyentuh
(melambangkan dua kodrat Kristus yang menyatu dalam pribadi-Nya), berada dalam posisi
khas memberkati. Tangan kiri memegang buku Injil yang dihiasi dengan tiga kancing,
mutiara-mutiara, dan batu-batu permata. Injil, simbol, dan sintesis Sabda Allah, juga
mempunyai makna liturgis karena dalam perayaan Ekaristi perikop Injil dibacakan dan kata-
kata Yesus sendiri diucapkan pada saat konsekrasi.
Gambar itu, sebentuk sintesis luhur dari unsur-unsur natural dan simbolis, merupakan
ajakan untuk berkontemplasi dan mengikuti Yesus melalui Gereja, mempelai-Nya dan
tubuh mistik-Nya, yang sampai sekarang masih terus memberkati keluarga manusia dan
memancarkan sinar ke dalamnya, melalui Injil-Nya yang merupakan buku autentik tentang
kebenaran, kebahagiaan, dan keselamatan bagi manusia.
Pada bulan Agustus tahun 386, Agustinus mendengar suara yang berkata: ”Ambil dan
bacalah, ambil dan bacalah” (Confessiones, 8, 12, 29). Kompendium dari Katekismus Gereja
Katolik, sebagai sebuah sintesis Injil Yesus Kristus yang diajarkan oleh katekese Gereja,
menjadi undangan untuk membuka buku tentang kebenaran dan membacanya, bahkan
menelannya sebagaimana dilakukan oleh Nabi Yehezkiel (bdk. Yeh 3:14).
______________
Theophanos of Creta (1546), The Icon of Christ, Stavronikita Monastery (Mount
Athos).