Page 192 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 192

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


            orang lain secara cuma-cuma, dan mereka hanya mendapat sebagian
            dari  hasilnya.  Demikianlah  mereka  menjalani  hidup  dengan  tepat,
            menghindari urusan duniawi dan bebas dari pembunuhan makhluk
            hidup akibat membajak dan mengairi ladang.


                 Setiap pagi, saya juga melihat biksu pengurus (yang mengurus
            wihara)  memeriksa  air  di  pinggir  sumur.  Jika  tidak  ada  serangga
            di  dalamnya,  air  tersebut  dapat  digunakan;  dan  jika  ada  makhluk
            hidup di dalamnya, maka air itu disaring. Apa pun yang orang lain
            berikan  kepada  para  biksu  bahkan  setangkai  sayuran  pun,  mereka
            memanfaatkannya  atas  izin  Sangha.  Di  wihara  tersebut,  tidak  ada
            kantor pengurus – urusan apa pun diselesaikan bersama oleh Sangha.
            Dan  jika  seseorang  memutuskan  sendiri  urusan  apa  pun,  atau  dia
            memperlakukan  biksu-biksu  lain  berdasarkan  favoritisme,  tidak
            menghiraukan kepentingan bersama, dia akan diusir (dari wihara),
            dan  disebut  seorang  Kulapati  (yakni:  dia  yang  berperilaku  seperti
            seorang perumah tangga).

                 Hal-hal  berikut  juga  menjadi  perhatian  saya.  Ketika  para
            biksuni  hendak  mengunjungi  biksu  di  wihara,  sebelumnya  mereka
            memberitahukan  (maksud  kedatangan  mereka  kepada  Sangha).
            Ketika  para  biksu  hendak  mengunjungi  tempat  tinggal  biksuni,
            sebelumnya mereka meminta izin. Para biksuni berjalan berdua bila
            mereka di luar wihara. Tetapi jika mereka berkunjung ke rumah umat
            awam  karena  ada  keperluan,  mereka  harus  pergi  berempat.  Pada
            keempat  hari  Uposatha  yang  dijalankan  setiap  bulan,  saya  melihat
            serombongan  besar  biksu  berkumpul  di  sore  hari,  mendengarkan
            pembacaan  ritual  di  wihara,  di  mana  mereka  patuhi  dan  jalankan
            dengan rasa hormat yang mendalam.


                 Saya juga menyaksikan hal-hal berikut. Suatu hari seorang guru
            junior (yakni: belum seorang Sthavira) mengirim dua sheng (prastha)
            beras kepada istri dari seorang penghuni, melalui seorang anak laki-
            laki. Tindakan ini dianggap semacam muslihat. Kasus ini dilaporkan
            oleh seseorang kepada Sangha. Guru itu dipanggil, ditanyai, dan dia



                                            178
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197