Page 49 - BUKU KENANGAN PSI 71 (FINAL)_Neat
P. 49

Ngga ada lu ga rame


              -   Keterlibatanku dalam penanganan bencana, yang di awali oleh adanya
                 tugas dari Prof. Mar’at untuk membimbing mahasiswa dan membantu
                 masyarakat yang terkena dampak bencana letusan Gunung Galunggung
                 tahun 1982. Selanjutnya saya terlibat dalam penanganan masyarakat
                 yang  terkena  bencana  baik  bencana  alam  ataupun  sosial,  seperti  :
                 bencana sosial di Maluku utara, Aceh (adanya DOM dan GAM), bencana
                 alam tsunami Aceh, tsunami Pangandaran, Gempa bumi di Yogyakarta,
                 gempa  bumi  Padang,  gempa  bumi  Pangalengan,  letusan  Gunung
                 Merapi, tanah longsor di Ciwidey dan banjir bandang di kab. Garut.
                 Hal menarik dari keterlibatan dan menangani masyarakat terdampak
                 bencana ini adalah, kita dituntut untuk memahami budaya setempat,
                 karena pemahaman budaya ini akan sangat membantu mereka dalam
                 penanganannya  .  Contohnya,  budaya  masyarakat  Yogyakarta  utara
                 sangat berbeda dengan Yogyakarta selatan.

              -   Saya  juga  menjadi  bagian  dalam  ekspedisi  NKRI  yang  melibatkan
                 pasukan elit  Indonesia ( Kopassus, Reider, Marinir, Paskhas, Brigmob)
                 sebagai  tenaga  ahli  bidang  Sosial  budaya  dan  pengabdian  pada
                 masyarakat.  Kegiatan  ini  juga  melibatkan  mahasiswa  dari  berbagai
                 universitas di Indonesia. Dimana mereka berada dilapangan ( daerah
                 perbatasan, daerah terpencil dan tertinggal) selama tiga bulan untuk
                 melakukan penelitian dan pengabdian .
                 Salah  satu  contoh,  adalah  masyarakat  adat  di  kampung  Bena,
                 Kabupaten Ngada Flores dan kami menemukan antara lain :
                 Masyarakat  adat  disini  menyatakan  bahwa  nenek  moyang  mereka
                 berasal dari Minang Kabau, karenanya pada pintu utama rumah mereka
                 dipasang/ dihiasi tanduk kerbau. Masyarakat umumnya secara formal
                 beragama  Katolik,  namun  mereka  tetap  percaya  dan  memuja  Roh/
                 Dewa yang menurutnya memiliki kekuasaan terhadap berbagai sendi
                 kehidupan.
                 Masyarakat  didaerah  ini  terbagi  dalam  dua  kelompok  dalam
                 menentukan penerusan nama keluarga, ada yang diambIl dari garis ibu
                 dan ada dari garis ayah. Sehingga remaja disana kalau pacaran harus
                 berhati-hati,  harus  mempertimbangkan  hal  ini.  Pernah  terjadi  pada
                 sepasang remaja dimana yang laki-laki penganut garis ayah dan yang
                 perempuan  garis  ibu,  masing-masing  keluarga  bersikeras  untuk
                 keyakinan mereka dan akhirnya pasangan ini harus berpisah.
                 Kearifan  lokal  masyarakat  dalam  menjaga  hutan,  adalah  mereka
                 membuat hutan itu menjadi keramat dan  melarang orang menebang
                 pohon kecuali atas persetujuan tetua adat dan membuat upacara yang
                 sangat  mahal  harganya  (karena  harus  mempersembahkan  babi  dan
                 hewan lainnya).
                                                           SRI RAHAYU ASTUTI




             50 Tahun Persahabatan PSI71   34
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54