Page 57 - BUKU KENANGAN PSI 71 (FINAL)_Neat
P. 57

Ngga ada lu ga rame

          Pada tahun 2007, selesailah tugas saya sebagai karyawan dengan jabatan terakhir
          sebagai GM SDM. Banyak pengalaman-pengalaman manis dan juga pahit selama 27
          tahun bekerja di industri pupuk urea. Dengan bekal sebagai seorang yang pernah
          bekerja di pabrik pupuk, maka salah satu harapan sesudah pensiun berkeinginan
          mempunyai kebun sayuran yang dikelola sendiri. Pada tahun 2008, kami membeli
          tanah yang cukup luas untuk bercocok tanam sayuran di daerah Ciwidey, Bandung.
          Mulailah  kami  bekerja  sama  dengan  petani  penggarap  untuk  mengelola  kebun
          dengan sistem bagi hasil. Kami sebagai pemilik tanah dan petani sebagai penggarap.
          Pada tahun yang sama, karena sedang musim jagung manis, maka mulailah kami
          untuk menanam jagung. Setiap dua minggu sekali kami ke kebun untuk melihat dan
          membicarakan  tentang  rencana  penjualan  hasil  panen.  Ternyata,  mata  rantai
          penjualan  hasil  panen  itu  sangat  panjang.  Dimulai  dari  pemetik,  pengepul,
          tengkulak, dan sampai kepada penjual di pasar. Dengan demikian, harga di petani
          itu  sangatlah  rendah.  Sebagai  pemilik  kebun,  kami  tidak  mendapat  keuntungan,
          malahan  kami  mengalami  defisit.  Berikutnya,  kami  mencoba  untuk  menanam
          kentang dengan harapan mendapat keuntungan. Setelah beberapa bulan, kentang
          sudah dapat dipanen dan kami pun ikut mengawasi proses panen agar bisa segera
          dijual ke pasar. Ternyata, karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman sebagai
          petani, kami tidak tahu bahwa kentang itu tidak hanya sekali panen, tetapi bisa dua
          sampai  tiga  kali  panen.Karena  ketidaktahuan  itu,  kami  pun  dirugikan  atas  hasil
          panen ke-2 dan ke-3. Oleh karena itu, kami hanya mendapat hasil penjualan panen
          yang pertama saja. Masih juga kami berusaha dengan prinsip “Nista Maja Utama”,
          dengan harapan “utama” ini, kami bisa berhasil mendapatkan keuntungan. Kami
          pun menanam cabai rawit yang besar-besar. Bersyukur setelah kurang lebih tiga
          bulan, kami bisa ikut membantu memetik apabila sudah banyak cabai rawit yang
          matang  yang  pada  saat  itu  harga  cabai  rawit  sedang  melambung  tinggi  sampai
          dengan Rp.80.000 per kilogramnya. Dalam kondisi harga yang melambung tinggi,
          seharusnya  kami  menjaga  kebun  dengan  baik,  dan  kami  memberi  kepercayaan
          kepada petani penggarap untuk ikut menjaga. Tetapi ternyata pencuri lebih lihai,
          sehingga pada malam hari, pencuri tidak hanya memetik tapi mencabut sekaligus
          dengan pohon-pohonnya sekitar kurang lebih satu hektar.Dengan kejadian-kejadian
          selama bertani, maka kami memutuskan untuk tidak meneruskan untuk bertani.
          Karena ternyata, menjadi petani bukanlah passion untuk kehidupan kami setelah
          pensiun. Dan yang utama adalah, bahwa profesi apapun jika ingin berhasil, harus
          paham akan ilmudan pengalaman.Karena lahan cukup luas kalau dibiarkan juga tak
          bermanfaat, akhirnya kami pun memutuskan untuk menanam pohon suren yang
          tidak memerlukan pengawasan yang ketat.

                                                              ATI SITI FATIMAH





             50 Tahun Persahabatan PSI71   42
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62