Page 83 - Modul P5 Spenfoursada
P. 83
Setelah semua itu selesai dikerjakan kemudian bagian depannya diisi dengan “daun
kelindungan” (daun pisang yang masih muda dan diambil ujungnya saja). Dan di bagian belakang
dihiasi dengan seikat ijuk, di belakang ikatan ijuk inilah dipasang sepotong kain putih yang berisi
“rerajahan Gana Pati”.
Pada umumnya ruasan-ruasan bambu yang dipakai bahan sanggah cucuk ini adalah bambu
yang baru ditebang dan tidak diperbolehkan menggunakan bambu yang sudah pernah dipakai
demikian pula “tiing punggul” (bambu yang sebelum ditebang sudah tidak memiliki ujung) tidak
boleh dipergunakan sebagai bahan pembuatan sanggah cucuk ini
Sanggah cucuk bisa dikerjakan/bisa dibuat oleh setiap orang yang bisa mengerjakannya. Jadi tidak
dikerjakan oleh orang-orang tertentu saja. Dalam pementasan teater tradisional Calonarang terutama
mempunyai fungsi simbolis di samping fungsi estetis dan fungsi religius.
Fungsi simbolis dari sanggah cucuk dalam teater tradisional Calonarang adalah sebagai tanda
dalam pementasan teater itu ada bagian (episode) yang menceritakan tentang upacara penguburan
mayat. Episode tersebut menceritakan keadaan suatu daerah tertentu terkena wabah “kegeringan atau
gerubug” sebagai akibat dari perbuatan ilmu hitam yang disebarkan oleh seorang janda yang bernama
“Rangda Ing Dirah”.
Ketika terjadi gerubug itu banyak penduduk yang meninggal dunia dan setiap penduduk yang
meninggal itu harus segera dikuburkan. Di dalam upacara penguburan mayat inilah diperlukan sarana
upacara antara lain seperti sanggah cucuk. Fungsi estetis dari sanggah cucuk dalam pementasan teater
tradisional Calonarang adalah terletak pada bentuk yang dibuat sedemikian rupa sehingga kelihatan
indah dan serasi dengan suasana panggung dalam episode cerita yang ditampilkan.
Disamping kedua fungsi tersebut di atas sanggah cucuk juga mempunyai fungsi lain yaitu
fungsi religius. Dalam fungsi ini sanggah cucuk berfungsi sebagai sarana upacara-upacara yadnya
antara lain: Dalam upacara Dewa Yadnya seperti upacara Medudus Agung maupun Medudus Alit. Di
dalam rentetan upacara tersebut di atas diadakan “mepekideh” yang dilaksanakan pada “Sanga
Mandala” atau pada kesembilan tata zoning yaitu pada delapan penjuru mata angin. Ditengah-tengah
penjuru tersebut sebagai pusatnya. Pada kesembilan tata zoning itulah ditempatkan sanggah cucuk
tersebut.Dalam upacara Bhuta Yadnya sanggah cucuk dipergunakan mulai dari tingkat upacara yang
paling kecil sampai tingkat yang terbesar (dari upacara Caru Ekasata sampai Tawur Kesanga).
Dalam upacara Manusa Yadnya, sanggah cucuk dipergunakan dalam upacara ketika bayi lahir
(sanggah cucuk ditempatkan di atas tempat menanam ari-ari si bayi).
Dalam upacara Pitra Yadnya sanggah cucuk dipergunakan dalam upacara Maligia, Memukur,
Nyekah dan sebagainya.
@smpnegeri4sukasada_2021