Page 5 - Masa Demokrasi Terpimpin_Eka Sugiarti
P. 5

Sejarah Indonesia : Demokrasi Terpimpin




               A.  Akhir  Drama  Pergantian  Perdana  Menteri  dalam  sister  Demokrasi
                    Parlementer / Liberal
                    Pada masa Demokrasi Liberal partai politik memiliki peran yang dominan dalam
                    proses  perumusan  kebijakan  pemerintah  melalui  kekuasaan  konstitusionalnya.
                    Selain  itu,  kedudukan  perdana  Menteri  dalam  menjalankan  kegiatan
                    pemerintahan kalah kuat dibandingkan kekuatan partai-partai dalam parlemen.
                    Kondisi ini menyebabkan sering terjadinya pergantian cabinet dan kondisi politik
                    menjadi tidak stabil.

               B.  Menuju Demokrasi Terpimpin
                    Demokrasi  Terpimpin  adalah  kebijakan  Presiden  Soekarno  untuk  menyatakan
                    semua  komponen  masyarakat  yang  saling  bertolak  belakang  di  bawah
                    kepemimpinannya.
                    Presiden  Soekarno  ingin  menanamkan  sikap  revolusioner  dalam  diri  bangsa
                    Indonesia.  Ia  berpendapat  sikap  ini  dapat  mengatasi  semua  halangan
                    pembangunan.  Presiden  meningkatkan  propaganda  yang  menekankan
                    perjuangan  dan  kedinamisan.  Kehidupan  bangsa  Indonesia  dikemudian
                    didominasi  oleh  Nasakom,  yaitu  doktrin  revolusioner  terpusat  yang
                    menggabungkan Nasionalisme, Agama dan Komunisme. Doktrin ini telah disusun
                    oleh Soekarno sejak tahun 1926.
                    1)  Latar Belakang dan terbitnya Dekrit Presiden 1959
                        Pemilu  1955  yang  dilaksanakan  secara  gemilang  ternyata  tidak  mampu
                        mengatasi  negara  yang  labil.  Anggota  DPR  dan  konstituante  hasil  pemilu
                        1955  yang  terdiri  atas  wakil-wakil  partai  berbeda  ideologi  ternyata  sulit
                        disatukan. Sementara itu, di kalangan masyarakat Gerakan dan petisi untuk
                        pemberlakuan kembali UUD 1945 semakin kuat. Menyikapi keadaan tersebut
                        Presiden Soekarno menganjurkan kepada Konstituante agar memberlakukan
                        kembali UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
                        Selanjutnya, Presiden Soekarno melakukan pertemuan dengan ketua DPR
                        Sartono,  Perdana  Menteri  Djuanda,  Roeslan  Abdulgani,  dan  Muh.  Yamin.
                        Pertemuan tersebut menyepakati untuk memberlakukan kembali UUD 1945
                        sebagai  konstitusi  negara  melalui  Dekrit  Presiden  5  Juli  1959  tanpa
                        persetujuan  Konstituante  yang  bertugas  membentuk  UUD  baru  pengganti
                        UUD 1945.
                        Isi Dekrit Presiden 1959 yang dibacakan Soekarno berisi tiga ketentuan pokok
                        berikut.
                            1.  Pembubaran Konstituante
                            2.  Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlaku kembali UUD 1945
                            3.  Pembentukan  Majelis Permusyawaratan  Rakyat  Sementara  (MPRS)
                               yang terdiri dari anggota DPR ditambah utusan daerah dan golongan
                               serta Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
                    2)  Situasi politik setelah Dekrit Presiden 1959
                        Pembacaan  Dekrit  Presiden  berdampak  bagi  kondisi  politik  di  Indonesia.
                        Rakyat  menyambut  baik  karena  rakyat  mendambakan  stabilitas  politik.


                                                                                  EKA SUGIARTI, S.PD   5
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10