Page 134 - Buku Paket Kelas 9 Agama Kristen
P. 134

126
Seringkali mereka juga disebut sebagai remaja luar biasa, hal itu diasumsikan berkaitan dengan kondisi jasmani, mental, maupun rohani yang berbeda dibanding dengan remaja tidak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, remaja tersebut digolongkan sebagai golongan luar biasa, karena tidak dapat dimasukkan dalam kategori sebagai anak tidak berkebutuhan khusus baik fisik, mental, maupun intelegensianya.
Masalah utama bagi pribadi berkebutuhan khusus biasanya ditunjukkan dengan perilakunya pada saat melakukan aktivitas bersama dengan anak-anak tidak berkebutuhan khusus yang lain. Misalnya, ketika mereka bergaul atau melakukan aktivitas bersama, mereka akan menghadapi berbagai kesulitan, baik kegiatan fisik, psikologis, dan sosial. Seringkali kita jumpai secara mental teman kita dengan kebutuhan khusus cenderung merasa rendah diri, malu, apatis, dan sensitif, kadang-kadang juga muncul sikap egois terhadap lingkungannya. Situasi inilah yang seringkali mempengaruhi kemampuan pribadi berkebutuhan khusus dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan khusus jenis apapun, hal ini merupakan pengalaman pribadi. Keadaan ini berarti siapapun yang berada di luar dirinya sulit untuk mengerti, merasakan, dan memahami karena tidak mengalaminya. Pribadi yang satu belum tentu sama dengan pribadi yang lain berkaitan dengan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Perbedaan kebutuhan khusus yang dialami seseorang, hal itu sering mempengaruhi atau mengganggu eksistensinya sebagai makhluk sosial. Demikian pula dampak psikologis yang ditimbulkan sering kali tergantung pada seberapa berat kebutuhan khusus yang dialaminya. Kapan mulai terjadi kelainan, seberapa besar kualitas kebutuhan khusus dan seberapa besar dampak psikologis teman kita atau siswa tersebut, dapat mempengaruhi kondisi kehidupannya secara utuh (holistik).
Dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan terhadap anak dan remaja yang terisolasi dari lingkungan sosialnya (Longchar & Cowans, 2007: 35) menunjukkan mereka sering menjadi mudah marah, kaku, sensitif, dan kadang-kadang tidak dapat memaafkan orang lain. Hal ini perlu kita sadari bahwa dalam kondisi tertentu kita mempunyai kesulitan dalam hal berelasi dan bergabung dalam pergaulan dengan mereka.
Dalam situasi seperti itu, untuk mendapatkan hak pendidikan dan pengajaran, diharapkan kita memberikan dorongan agar teman kita yang berkebutuhan khusus tidak ragu-ragu mengungkapkan kebutuhannya dan kesulitannya kepada orang lain, misalnya kepada teman, guru agama, guru yang lain, ataupun konselor di sekolahnya. Dalam situasi bagaimanapun seharusnya sekolah merupakan anugerah bagi semua orang termasuk pribadi berkebutuhan khusus. Anak dan remaja yang mengalami kebutuhan khusus, harus diperlakukan sama dalam konteks pendidikan
Kelas IX SMP
   



























































































   132   133   134   135   136