Page 69 - Buku Paket Kelas 9 Agama Kristen
P. 69
melindunginya. Vanunu yakin bahwa ia tidak akan dihukum sedemikian berat apabila ia tetap bertahan dalam agamanya yang lama, agama Yahudi atau Yudaisme.
Dalam keputusannya untuk melawan pemerintah Israel, Vanunu menunjukkan bagaimana kata-kata Tuhan Yesus ia wujudkan di dalam hidupnya:
6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. ... 9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. (Mat. 5: 6–10)
Dengan nilai-nilai Kerajaan Sorga yang dipegangnya, Vanunu menjadi orang asing di negaranya sendiri. Ia bahkan sering sekali dituduh sebagai pengkhianat bangsanya sendiri.
E. Hidup sebagai Orang Asing
Di atas kita sudah membahas konsep tentang kewarganegaraan kita sebagai warga Kerajaan Sorga. Di dalam Filipi 3: 20 dikatakan ”Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat...” Sebagai warga Kerajaan Sorga kita hidup sebagai ”orang asing” di muka bumi ini. Dalam 1 Petrus 2: 11 dikatakan, ”Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.” Sebagai warga negara Indonesia kita belajar banyak tentang sejarah Indonesia, geografi Indonesia, perjuangan bangsa Indonesia, tetapi berapa banyak kita belajar tentang Kerajaan Sorga dan nilai-nilainya? Bukankah seringkali kita justru berusaha menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dunia, supaya kita tidak dianggap manusia aneh?
Di pihak lain, ada orang-orang Kristen yang menentang segala-galanya yang ada di dunia. Misalnya, melarang orang Kristen membaca koran, menonton televisi dan film, bermain band, menggunakan kartu kredit, menggunakan KTP nasional dengan chip komputer, dan lain-lain. Di Amerika Serikat ada orang-orang Kristen seperti itu. Mereka disebut ”orang Amish”. Mereka hidup dengan cara hidup orang-orang pada abad XVI. Mereka menolak mengendarai mobil, menggunakan telepon, membatasi penggunaan listrik, melarang menonton televisi, dan lain-lain. Mereka menganggap kehidupan modern seperti itu dapat mengganggu dan memperlemah ikatan-ikatan kebersamaan mereka. Pakaian mereka pun sangat sederhana.
Dr. T.B. Simatupang, seorang teolog awam Indonesia, yang pernah menjabat sebagai kepala staf Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan juga Ketua Dewan Gereja-gereja di Indonesia (sekarang PGI), ketua Dewan
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
61