Page 77 - Buku Paket Kelas 7 Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti
P. 77
Di dalam masyarakat Buddhis terjadi saling membantu antara Pabbajita dengan Gharavassa. Hubungan antara Gharavasa dan Pabbajita saling mendukung dan saling melengkapi. Seorang Pabbajita seperti Bhikkhu, misalnya memberikan dan menjadi contoh yang baik dengan memberikan Dharma yang bermanfaat bagi kehidupan Gharavasa. Sebaliknya, Gharavasa memberikan dana kepada Pabbajita berupa empat kebutuhan pokok, yaitu: (1) makanan; (2) jubah; (3) obat; dan (4) tempat tinggal serta penghormatan dari Gharavasa.
Tujuan meninggalkan kehidupan berumah tangga dan meninggalkan keduniawian, menjalani sila kebhikkhuandenganteguhadalahuntukmencapaiNibbana,tujuanluhursegenapumatmanusia. Oleh karena itu, adalah suatu kejahatan besar jika merintangi jalan hidup mereka yang telah bertekad untuk menempuh jalan menuju Nibbana., Begitu pula sebaliknya adalah suatu kebajikan besar membantu mereka mencapai tujuan yang mulia itu.
Meski, tidak menjalani kehidupan sebagai Pabbajita, kelompok umat buddha perumah tangga juga dapat memperoleh kebahagiaan hidup. Dalam Pattakammavagga dan Anguttara Nikaya (A II,69), Buddha berkhotbah kepada Anathapindika, seorang perumah tangga, mengenai kebahagiaan beruas empat yang dapat dialami seorang perumah tangga. Empat jenis kebahagiaan tersebut adalah:
1. 2. 3. 4.
Atthisukha, yaitu kebahagiaan memiliki kekayaan materi; Bhogasuka, yaitu kebahagiaan dari menikmati kekayaan materi; Ananasukha, yaitu kebahagiaan dari tidak memiliki hutang; dan Anavajjasukha, yaitu kebahagiaan dari hidup yang tidak tercela.
Dalam Anguttara Nikaya 5.175, Buddha juga mengatakan seorang perumah tangga laksana permata, bungaliliatausekuntumbungaterataiyangmemiliki limakualitasperumahtangga.DemikianlahBuddha berkata: ”Seorang umat perumah tangga (upasaka) dengan lima kualitas adalah sebuah permata, dia laksana sekuntum bunga lili, laksana sekuntum bunga teratai. Apakah lima kualitas ini? Dia memiliki keyakinan; dia bermoral; dia tidak mempercayai takhayul; dia percaya pada perbuatan (karma) dan bukan pada keberuntungan atau pertanda; dia tidak mencari mereka yang pantas didukung di luar (dari sangha) dan tidak memperhatikan yang luar tersebut terlebih dahulu.
Sedangkan dalam Milindapanha. IV, Buddha mengatakan adanya sepuluh sifat baik umat perumah tangga. Sepuluh sifat-sifat baik perumah tangga itu adalah: (1) peduli terhadap komunitas Bhikkhu atau Pabbajita, (2) menempatkan Dharma terlebih dahulu, (3) senang berdana sesuai kemampuan, (4) berjuang demi kemajuan ajaran Buddha, (5) memiliki pandangan benar dan tidak percaya pada takhayul. (6) menjaga perbuatan dan tutur katanya, (7) mencintai dan menghargai kerukunan maupun perdamaian, (8) tidak iri atau cemburu, (9) tidak menjalani kehidupan dengan penipuan atau kemunafikan, (10) berlindung kepada Buddha, Dharma dan Sangha.
Buddha juga menyatakan Berkah Tertinggi yang dapat dicapai oleh perumah tangga. Dalam Maha Manggala Suttra, Sutta Nipata 2.4 disebutkan bahwa ”menyokong ibu dan ayah dengan baik, menyayangi isteri dan anak-anak sebagaimana mestinya, menjalani jenis pekerjaan yang benar, adalah sebuah Berkah Tertinggi.”
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
73