Page 25 - Buku Paket Kelas 9 Agama Buddha.pdf
P. 25
di tutup dengan satu peti dari besi yang lain. Lalu, harus dibangun satu tempat perabuan yang terdiri atas berbagai jenis kayu wangi dan selanjutnya jenazah Raja Dunia diperabukan.
Beginilah cara mereka memperlakukan jenazah seorang Raja Dunia, maka hal yang serupa juga harus dilakukan terhadap jenazah Sang Tathagata. Kemudian sebuah stupa harus dibangun di perempatan jalan. Dan siapa pun yang meletakkan bunga, dupa atau kayu cendana, atau memberi penghormatan dengan hati yang penuh bakti, maka orang itu akan memperoleh kebahagiaan untuk waktu yang lama.”
Suku Malla memberi perintah ke orang-orangnya untuk mengumpulkan kain wol katun yang ada dari suku Malla, dan mereka memperlakukan jenazah Sang Bhagava menurut petunjuk Bhikkhu Ananda.
Ketika jenazah Sang Buddha disiapkan untuk diperabukan, empat orang dari suku Malla, menyalakan api untuk perabuan jenazah Sang Buddha. Y.A. Maha Kassapa mengetahui berita wafatnya Sang Buddha, setelah petapa Ajivika dan rombongannya membawa bunga Mandarava dari tempat wafatnya Sang Buddha di Kusinara. Di antara mereka terdapat seorang bhikkhu tua bernama Subhadda yang baru memasuki kebhikkhuan pada usia lanjut. Ia berkata:
“Cukup kawan-kawan, janganlah sedih atau meratap. Kita sekarang terbebas dari Sang Buddha. Kita telah dipersulit oleh kata-kata Sang Buddha ‘Ini boleh, ini tidak boleh’. Kini kita bebas untuk berbuat apa yang kita sukai”.
Mendengarkata-kataitu,Y.A.MahaKassapaberpikiringinmengadakan pertemuan para Arahat untuk melindungi dan menjaga kemurnian Ajaran Sang Buddha. Setelah Y.A. Maha Kassapa dan rombongannya sampai di tempat perabuan memberi penghormatan, tiba-tiba api menyala dengan sendirinya membakar jenazah Sang Buddha.
Apa yang terjadi kemudian sungguh ajaib, berkali-kali mereka mencoba tetapi tidak berhasil menyalakan api. Api tidak menyala karena para dewa menghendaki agar api tidak dinyalakan terlebih dahulu karena menunggu kedatangan rombongan Y.A. Maha Kassapa dalam perjalanan untuk memberi hormat di kaki jenazah Buddha.
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
19