Page 199 - Buku Paket Kelas 11 Agama Hindu
P. 199
mengasilkan karya sastra (Buah Tangan Guru) yang sangat bermanpaat bagi umat sedharma. Sebelum Danghyang Dwijendra meninggalkan dunia maya ini, beliau bermaksud menyucikan (mediksa) putra-putranya dan membagikan artha warisannya yang disaksikan oleh Dalem Baturenggong. Setelah prosesi itu selesai, Danghyang Dwijendra melanjutkan perjalanan untuk menuju alam sunya. Sampailah beliau pada penghulu sawah antara Desa Sumampan dengan Tengkulak, disana beliau disuguhi ajengan (makanan) dan lambat laun tempat itu di sebut dengan nama Pura Pangajengan. Dari tempat ini beliau melanjutkan perjalanan dan sampailah di Desa Rangkung sebelah barat yakni pelabuhan Masceti, yang lambat laun tempat ini disebut dengan nama Pura Masceti. Selama Danghyang Dwijendra bercakap-cakap dengan bhatara Masceti di pantai laut Kerobokan. Di sekitan tempat ini pecanangan (tempat sirih dan perlengkapannya) beliau tersimpan dan dijaga oleh “Bhuto Hijo” yang lambat laun berdirilah di tempat ini Pura Peti Tenget (di tegal peti tenget).
Melalui tegal peti tenget Danghyang Dwijendra melanjutkan perjalannya ke Pura Hulu Watu. Pada suatu hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia Danghyang Nirartha (Danghyang Dwijendra) menerima wahyu sabda Tuhan bahwa beliau pada hari itu dipanggil untuk pulang ke sorga. Merasa bahagia suci hatinya karena saat yang dinanti-nantikan telah datang. Hanya ada sebuah pustaka belum dapat diserahkan kepada salah seorang putranya. Tiba-tiba Mpu Danghyang melihat seorang bendega (Nelayan) bernama Ki Pasek Nambangan sedang mendayung jukungnya di laut di bawah ujung Hulu Watu itu, lalu dipanggil oleh beliau. Setelah bendega itu menghadap lalu Danghyang berkata:
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 193