Page 353 - Buku Paket Kelas 11 Agama Hindu
P. 353

 bathin, untuk mempelai wanita telah diadakan pada malam sebelumnya. Setiba di rumah diadakan upacara Haluang Hapelek (perkawinan adat).
Pengukuhan perkawinan secara agama Hindu di Dayak berlangsung keesokan harinya, pada pengukuhan perkawinan, kedua mempelai duduk bersanding di atas sebuah gong, tangan mereka memegang Pohon Andong, Rabayang, Rotan, serta menghadap sajen yang ditunjukkan kepada Putir Santang (manifestasi Ranjung Hattala/Tuhan di bidang perkawinan). Yang melaksanakan pengukuhan perkawinan adalah tujuh orang rohaniawan Agama Hindu dengan menggunakan darah binatang kurban, minyak kelapa, dan beras. Setelah itu, kedua mempelai diberi makan tujuh buah nasi tumpeng yang terlebih dahulu di gabungkan menjadi satu dan kemudian di bagi berdua. Sebagai penutup kedua mempelai manuhei sebanyak tujuh kali di depan rumah. Sore harinya dilanjutkan dengan upacara Mahenjean Penganten yang pada prinsipnya memberikan nasihat tentang pekawinan terhadap kedua mempelai.
Selama tujuh hari terhitung sejak upacara pengukuhan perkawinan, kedua mempelai menjalankan beberapa pantangan, antara lain : tidak keluar rumah dan tidak membunuh atau menyiksa binatang. Pada hari yang ke delapan, kedua mempelai melakukan kunjungan ke rumah sesepuh keluarga mempelai untuk memohon doa restu.
Wiwaha Menurut Suku Batak Karo
Proses pelaksanaan Wiwaha atau adat perkawinan Hindu di Batak Karo
dapat dipaparkan sebagai berikut:
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 347




























































































   351   352   353   354   355