Page 360 - Buku Paket Kelas 11 Agama Hindu
P. 360
f. Sesudah Perkawinan
Upacara terakhir menurut Adat Karo yang beragama Hindu adalah Nguluhken Limbas yang sering disebut dengan istilah Ertedeh Atai (kangen). Ini dilaksanakan di rumah orang tua wanita sarana yang di persiapkan, yaitu ayam 2 ekor, beras secukupnya, kelapa segandeng, sayur-sayuran secukupnya, sirih seperangkat, dan tabung.
Proses pelaksananya adalah dengan menyodorkan sirih kepada hadirin pihak Sineren (mempelai wanita). Selanjutnya acara makan bersama karena mereka telah sah menjadi suami istri yang sebentar lagi membuat rumah tangga yang baru. Pada umunya laki-laki dan wanita Batak Karo yang sudah kawin, kedua penganten itu tidak lama hidup atau tinggal bersama orang tua laki-laki. Mereka akan berdiri sendiri berpisah dari rumah tangga orang tuannya. Tindakan mereka yang dilakukan dengan memisahkan diri dari orang tua pihak lelaki disebut dengan istilah ”Penyanyon atau Njoyo“. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:
1. Dengan perkawinan yang berlaku di Sumatra khususnya yang beragama Hindu adalah sistem meminang.
2. Perkawinan yang dianggap ideal dalam masyarakat Batak Karo adalah perkawinan orang-orang Rimpal, yakni di mana seorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya.
3. Dalam menyelesaikan segala kegiatan adat, maka Anak Beru, Kalimbubu dan Senina ini harus ada (Sangkep Sitelu atau Rakut Sitelu) dan ketiga ini mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda-beda.
354 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13