Page 135 - Buku Paket Kelas 10 Agama Khonghucu
P. 135
Lebih lanjut Nabi Kongzi menegaskan, “Menuntut ilmu gaib dan melakukan perbuatan mujizat agar termasyhur pada zaman mendatang, aku takkan melakukannya.” (Zhongyong. X: 1)
Nabi Kongzi juga menegaskan (tercatat dalam Lunyu bab VII pasal 21) bahwa Beliau tidak membicarakan tentang kekuatan mujizat dan roh-roh tidak keruan.
Dalam perkembangan perkembangan selanjutnya (di Indonesia khususnya), istilah Shen (Roh) seringkali bergeser menjadi Xian (Dewa). Di berbagai daerah di Indonesia akhirnya Shen Ming yang terdapat dalam Kelenteng mendapat sebutan yang berbeda-beda seperti, Pek Kong, Kongco, Makco (dialek hok-kian), dewa-dewi dan sebagainya. Dalam kitab suci agama Khonghucu Sishu Wujing tidak dikenal istilah Dewa, yang ada Guishen dan Shen Ming. Agama Khonghucu adalah agama yang monotheis, bukan polytheis.
Nabi Kongzi juga menjadikan para malaikat menjadi Shen Ming, antara lain:
• Xiantian Shangdi (Hiantian Siangtee),
• Fude Zhengshen (Hoktik Cengsin),
• Zaojungong (Caokunkong).
Pada zaman kemudian rakyat mengangkat Shen Ming-Shen Ming baru seperti:
• Guanyu (Kwankong).
• Tianshang Shenmu (Tianshang Singboo),
• Yuefei (Gakhui) dan sebagainya.
Masyarakat yang bersembahyang di Kelenteng dapat belajar dari para Shen Ming yang dihormatinya melalui riwayat hidupnya dan perilaku mereka semasa hidup. Malaikat bumi atau Fude Zhengshen diangkat menjadi Shen Ming di Kelenteng supaya masyarakat menjaga kelestarian lingkungan. Perlu di ketahui bahwa pada zaman dahulu Malaikat bumi itu telah dihormati dengan melakukan upacara sembahyang di tempat terbuka seperti di gunung dan di ladang. Nabi Kongzi menempatkan malaikat sebagai Shen Ming di Kelenteng agar masyarakat berkumpul di Kelenteng dan beraktivitas dengan rukun dan damai.
Sebaris kalimat ini adalah tulisan asli Nabi Kongzi dalam Kitab Yijing bagian Xichi Shangchuan atau Babaran Agung bagian pertama, bunyinya:
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti | 129