Page 163 - Toponim sulawesi.indd
P. 163

Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi  149

                 daerah ini  adalah  VOC-Belanda.  Hasil-hasil  pertanian Minahasa,  seperti

                 kopi, pala, coklat, cengkeh, dsb. menjadikan mereka berlaku baik di daerah
                 ini,  sampai  akhirnya membuat kontrak perjanjian  persahabatan  antara

                 Minahasa Belanda 10 Januari 1679 (korte dan lange Verklaring 10 Januari
                 1679) (Taulu, 1955:14-15). Kontrak ini pun dapat terjadi karena gangguan
                 Portugis dan terutama Spanyol usai Perang Minahasa Spanyol (1643/1644)

                 yang kemudian Spanyol harus angkat kaki dari daerah ini. Namun begitu,
                 baik Portugis maupun Spanyol masih saja selalu mengganggu daerah ini

                 untuk mendapatkan bahan makanan bagi kebutuhan mereka di Ternate
                 dan  Tidore. Perjanjian  ini  sekaligus  mengakhiri pengaruh  Portugis, dan
                 terutama Spanyol di Minahasa dan sekitarnya, dan mulailah babak baru

                 sejarah kolonialisme di Sulawesi Utara.

                      Kehadiran  bangsa-bangsa  Eropa  di  dusun  Kema  mempengaruhi
                 segala segi kehidupan  masyarakat  setempat. Hasil  keturunan  dari  buah

                 perkawinan duabangsa  yang  berbeda,  antara laki-laki  dan perempuan,
                 baik dari pihak laki-laki Eropa dengan perempuan pribumi atau sebaliknya,
                 akhirnya mendapat keturunan yang dikemudian hari disebut orang Borgo.


                        Di Minahasa orang-orang Borgo terdapat di beberapa tempat yang
                 umumnya kota-kota pantai bekas pelabuhan di masa kolonial, seperti di

                 kota Manado,  Tanawangko, Amurang,  Likupang,  dan  Kema. Menurut
                 Masaud  (1985),  orang Borgo bukan hanya hasil  dari keturunan antara
                 penduduk pribumi (Minahasa) dengan bangsa asing tetapi ada juga yang

                 diborgokan yang didasarkan pada peraturan pemerintah kolonial, terutama
                 mereka yang berjasa pada pemerintah kolonial, seperti di bidang militer
                 dan sipil sebagai pegawai administrasi (birokrat) kolonial, dan atau alasan

                 lainnya. 23

                 23   Alasan lainnya kemudian di Borgo-kan, seperti orang-orang Belanda yang melakukan
                    pelanggaran  kriminalitas dan  dijatuhi hukuman  penjara,  dan  setelah  dibebaskan
                    maka  mereka  diberikan  kesempatan  tinggal  di daerah  jajahan;  Begitupun  dengan
                    pegawai oleh karena penyelewengan maka dipecat dan diberikan kesempatan tetap
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168