Page 237 - Toponim sulawesi.indd
P. 237
Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi 223
Amir, walaupun beliau adalah seorang memiliki segudang pengalaman
71
dimasa Hindia Belanda termasuk menjadi anggota MPRS dan MPR RI
utusan daerah setelah Indonesia Merdeka, namun terpengaruh juga dengan
Permesta yang menguasai wilayah ini di tahun 1950-an. Pada tahun 1957
jumlah personil yang bertugas sebagai keamanan di Kota Luwuk Banggai
hanya 1 peleton ditambah staf Bintara Onder Distrik Militer (BODM).
Pada saat diproklamirkan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
keadaan berubah, personil militer ditambah dengan angkatan muda yang
diberikan pelatihan dan dipersenjatai termasuk pensiunan eks. KNIL.
72
Petugas inipun disinyalir dan dinyatakan oleh Permesta sebagai bagian dari
kesatuan mereka. Pada bulan Desember 1957 situasi Kota Pantai Luwuk
semakin tidak menentu, kurir dari Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah
(GPST) secara rahasia dari Poso dan ada juga yang datang dari Makassar
dan sudah berada di Luwuk untuk mengorganisir para pemuda. Melalui
Stasiun Radio Manado memberitahukan bahwa Sulawesi Utara dan Tengah
telah memutuskan hubungan dengan pemerintah Pusat di Jakarta. Dengan
demikian keadaan darurat sudah diberlakukan di Luwuk, dengan keadaan
ini membuat rakyat jadi kebingungan, disana sini terjadi penangkapan yang
pro terhadap pemerintahan Pusat, ditambah lagi dengan penguasaan Kota
Luwuk oleh Permesta. Sembilan kebutuhan pokok semakin susah diperoleh,
termasuk langkanya kebutuhan lainnya seperti bensin, minyak tanah dan
lain lainnya, tidak terbilang lagi keadaan masyarakat semakin tak menentu
dan membuat panik. Keadaan waktu itu dapat dikatakan telah terjadi
keresahan masyarakat. Kapal-kapal serta perahu layar tidak berani masuk
di perairan wilayah Permesta, sehingga aktifitas perdagangan komoditas
andalan Kabupaten Banggai berupa hasil laut, kopra, dan lain-lainnya baik
antar pulau dan ekspor lumpuh total termasuk pelabuhan Luwuk. Hal ini
berpengaruh terhadap perbekalan dari pasukan Permesta itu sendiri, pada
71 Dia selain tokoh lokal juga menjadi tokoh nasional sebagai anggota MPR RI utusan Sulawesi Tengah tahun 1977 dan 1982.
72 Wawancara dengan Sulaeman Alim Sandagang di Luwuk pada tanggal 18 Agustus
2006.