Page 15 - modul Pembelajaran Studi AGama kontemporer
P. 15
disampaikan kepada Nabi Muhammad untuk umat manusia agar memeluknya
5
dan menjalankannya secara semestinya.
B. Radikalisme
1. Pengertian Radikalisme
Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti "akar“. Ia
merupakan paham yang menghendaki adanya perubahan dan perombakan
besar untuk mencapai kemajuan. Dalam perspektif ilmu sosial, radikalisme
erat kaitannya dengan sikap atau posisi yang mendambakan perubahan
terhadap status quo dengan jalan menghancurkan status quo secara total,
6
dan menggantinya dengan sesuatu yang baru yang sama sekali berbeda.
Radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang
berlangsung. Respons tersebut muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan,
atau bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat berupa
asumsi, ide, lembaga, atau nilai-nilai yang dapat bertanggung jawab
terhadap keberlangsungan keadaan yang ditolak. Secara sederhana
radikalisme adalah pemikiran atau sikap yang ditandai oleh empat hal yang
sekaligus menjadi karakteristiknya, yaitu: pertama, sikap tidak toleran dan
tidak mau menghargai pendapat atau keyakinan orang lain. Kedua, sikap
fanatik, yaitu selalu merasa benar sendiri dan menganggap orang lain salah.
Ketiga, sikap eksklusif, yaitu membedakan diri dari kebiasaan orang
kebanyakan. Keempat, sikap revolusioner, yaitu cenderung menggunakan
7
kekerasan untuk mencapai tujuan.
Dampak paling nyata dari terjadinya radikalisme adalah
terbentuknya politisasi di dalam agama, di mana agama memang sangat
5 Haedar Nashir, Gerakan Islam Syariat, Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia.
Jakarta Pusat: Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah, 2007, hlm. 87-88.
6 Edi Susanto, “Kemungkinan Munculnya Paham Islam Radikal di Pesantren”, dalam Tadris (Vol.
2, No. 1, 2007), 3.
7 Agil asshofie, Radikalisme Gerakan Islam, http://agilasshofie.blogspot.com/2011/10/radikalisme-
gerakan-politik.html, diakses pada 10 April 2014.
11